Monday, August 17, 2015

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 26)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko No Naku Koro Ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: General
Disclaimer: Umineko is property of Ryukishi07. I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: canon? future-fic?

hilang /hi·lang/ v tidak ada lagi; lenyap; tidak kelihatan

Amakusa memandang jauh ke horizon, di mana air laut tampak hampir menyatu dengan langit di mana hanya satu garis khayalan tipis untuk membedakannya.

Apa ini pemandangan yang dilihat oleh gadis bersurai merah itu, tiga tahun yang lalu tepat di titik ini? Apakah saat itu ia pun berusaha mengiris langit dari laut, membuka portal menuju dimensi yang berbeda? Ataukah saat itu ia benar-benar telah melewati batas ruang dan waktu dan akal sehat—menemukan sihir serta Dataran Emas di mana sosok anggota keluarganya telah menunggu selama tiga belas tahun?

Entahlah. Amakusa tidak akan pernah tahu. Hanya Ange yang tahu jawabannya. Dan Ange sudah tidak ada di sini. Kalaupun ia masih hidup, masih asyik berpesta minum teh di balik pintu yang memisahkan dunia manusia dengan dunia para penyihir, Amakusa tidak bisa menemuinya. Tidak bisa melihatnya. Dia bukan penyihir. Dia tidak punya sihir. Dia adalah lelaki penuh logika, lelaki yang beraksi atas dasar untung-rugi, bukan ilusi anak kecil bernama sihir.

Atas dasar itulah, tiga tahun yang lalu dia menarik pelatuk itu. Melepaskan sebutir peluru yang menembus kening Ange yang meneteskan air mata dalam diam setelah ia sendiri menembak mati Kasumi Sumadera. Serbuan emosi yang sesaat kemudian menerpa Amakusa tidak ada artinya. Darah yang mengalir dari bibir yang digigit terlalu keras saat melempar jenazah gadis itu ke dasar jurang juga tidak ada artinya. Uang dalam jumlah besar yang menunggu di rekeningnya dan kebebasan untuk bertualang ke mana pun adalah yang penting.

Meskipun demikian, Amakusa sama sekali tidak mengerti kenapa dia berdiri di titik ini, di bibir jurang ini, jika semua itu tidak penting? Ah, barangkali sihir yang diberikan gadis itu padanya masih belum hilang.

No comments:

Post a Comment