Title:
Tetesan Hujan
Author:
Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko No Naku Koro Ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: General
Disclaimer: Umineko is property of Ryukishi07. I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Fandom: Umineko No Naku Koro Ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: General
Disclaimer: Umineko is property of Ryukishi07. I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: canon? future-fic?
hilang /hi·lang/ v
tidak ada lagi; lenyap; tidak kelihatan
Amakusa memandang jauh ke horizon, di
mana air laut tampak hampir menyatu dengan langit di mana hanya satu
garis khayalan tipis untuk membedakannya.
Apa ini pemandangan yang dilihat oleh
gadis bersurai merah itu, tiga tahun yang lalu tepat di titik ini?
Apakah saat itu ia pun berusaha mengiris langit dari laut, membuka
portal menuju dimensi yang berbeda? Ataukah saat itu ia benar-benar
telah melewati batas ruang dan waktu dan akal sehat—menemukan sihir
serta Dataran Emas di mana sosok anggota keluarganya telah menunggu
selama tiga belas tahun?
Entahlah. Amakusa tidak akan pernah
tahu. Hanya Ange yang tahu jawabannya. Dan Ange sudah tidak ada di
sini. Kalaupun ia masih hidup, masih asyik berpesta minum teh di
balik pintu yang memisahkan dunia manusia dengan dunia para penyihir,
Amakusa tidak bisa menemuinya. Tidak bisa melihatnya. Dia bukan
penyihir. Dia tidak punya sihir. Dia adalah lelaki penuh logika,
lelaki yang beraksi atas dasar untung-rugi, bukan ilusi anak kecil
bernama sihir.
Atas dasar itulah, tiga tahun yang lalu
dia menarik pelatuk itu. Melepaskan sebutir peluru yang menembus
kening Ange yang meneteskan air mata dalam diam setelah ia sendiri
menembak mati Kasumi Sumadera. Serbuan emosi yang sesaat kemudian
menerpa Amakusa tidak ada artinya. Darah yang mengalir dari bibir
yang digigit terlalu keras saat melempar jenazah gadis itu ke dasar
jurang juga tidak ada artinya. Uang dalam jumlah besar yang menunggu
di rekeningnya dan kebebasan untuk bertualang ke mana pun adalah yang
penting.
Meskipun demikian, Amakusa sama sekali
tidak mengerti kenapa dia berdiri di titik ini, di bibir jurang ini,
jika semua itu tidak penting? Ah, barangkali sihir yang diberikan
gadis itu padanya masih belum hilang.
No comments:
Post a Comment