Sunday, September 30, 2012

[Poetry] Menjadi Sendiri

Ketika kengenku mulai menari dalam nadi,
Dan cinta berdendang, mengalun 'tuk iringi
Ketika hati jadi perih tak berperi,
Dan dada menyesak terpenuh hari;
Kututup kedua mata--berlari aku menuju mimpi

Tanpa ia yang terindu, tercinta, terkasih,
Duniaku bak Himalaya--bersalut putih, berpantulkan cahaya
Dingin yang sepi, indah yang menyakiti
Tanpa ia yang melindungi, menaungi, mengawasi--
aku lelah.

-29092012-
Lantunan kalbu yang didera rindu

A/N:  sayangnya ini ditulis di tengah-tengah pelajaran, jadi sedikit terpotong-potong saat proses pembuatan. Makanya, gaya bahasanya agak berubah di tengah jalan, dan makna yang diinginkan juga agak berubah. Jeda waktu yang diisi materi pelajaran bikin saya lupa sama feeling awalnya =="

[Poetry] Bliss

Appraise the flowers, bloom in their white glory
Stay still--the chatters of wind are coming
Blowing, swimming, missing the world--but never sorry
You are the singer, tell them your story,
Story of mingling and clinging and loving, in your melody
So you aren't alone--so I sing along, engrave the memory

-28092012-

Friday, September 28, 2012

[Orific] Revenge

For [#FF2in1] 28 September 2012 (2)
Theme: Mendua
Word count: 375

Siang ini, aku tertawa. Sangat keras, sampai-sampai otot perutku protes karena dipakai untuk tertawa berlebihan. Tapi, tunggu sebentar, perut. Aku masih belum puas tertawa. Aku belum puas menertawai perempuan yang duduk di kursi yang berhadap-hadapan denganku ini.

Oooh, dan cemberutnya itu! Raut wajahnya sudah seasam cuka basi. Garis bibirnya tertarik ke depan, sungguh tidak anggun sama sekali. Berseberangan seratus delapan puluh derajat dari pakaian resmi yang dia kenakan. Membuat banyolan siang ini semakin terasa lucu.

Tentu saja, hanya bagiku.

Berhenti tertawa, atau aku pergi sekarang dan kamu harus bayar makan siang kita,” ancam perempuan itu akhirnya.

Berusaha mengerem laju tawaku—hei, dompetku tidak setebal punyanya!—dan menelan humor yang berlebihan dalam darahku, aku pun meraih gelas es tehku dan menyeruput isinya sedikit. “Sorry, girl. Nggak sengaja.” Aku mengambil napas dalam sekali, lalu melanjutkan, “jadi kamu mau aku menulis artikel untuk koranmu...”

Tabloid-ku,” koreksinya cepat.

Aku mengibaskan tangan. Dasar kepala editor. Terlalu cermat. “Ya ya, tabloid, dan kamu mau aku menulis tentang perselingkuhan?”

Benar.”

Kenapa?” tanyaku sembari menopang dagu.

Sorot matanya intens, berbicara bahkan lebih banyak dari yang keluar dari mulutnya. “Aku butuh orang yang... berpengalaman.”

Aku mendengus, memilin sejumput rambut yang bergelantungan di depan mataku. “Jadi itu anggapanmu tentangku selama ini? Berpengalaman dalam hal mendua?”

Dia mengedikkan bahu. “Dulu kau bangga karena punya dua pacar,” ujarnya santai. Tanpa dosa.

Seyla...,” aku memulai. “Itu dulu. Sekarang, sudah beda. Aku kapok mendua. Selingkuh. Apapun lah istilahmu. Dan aku sama sekali nggak tertarik untuk berbagi cerita soal kisah asmaraku itu.”

Kenapa? Takut kalau image baikmu tercoreng?” Di bibirnya yang semerah darah itu tersungging senyum kemenangan.

Aih, lagi-lagi aku ingin tertawa. Sekaligus muntah. Tepat di depan mukanya. Tapi demi menjaga harga diri dan keanggunan yang kupunya, aku hanya meraih tas tanganku dari kursi di sebelahku, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang sebagai bagianku dalam acara makan siang ini. “Image baik?” aku mendengus penuh ejekan sambil berdiri. “Oh, tentu saja.”

H-hei, mau ke mana kamu, Rin?”

Aku menyeringai. “Kalau ingin membahas masalah mendua, sepertinya Nyonya Kepala Editor ini punya lebih banyak pengalaman daripada aku... Iya kan, Seyl? Tuh, PIL-mu sudah nungguin.”

Lalu aku melenggang pergi, meninggalkan Seyla terpaku dan tertohok, puas karena bisa membalaskan dendam lama pada perempuan yang sudah menjadi selingkuhan kekasihku, lima tahun silam.

[Orific] Stay

For [#FF2in1] 28 September 2012 (1)
Theme: Cinta Pertama
Word count: 324

Dia mencoba untuk menggapai sinar itu. Sinar yang kontras dengan kegelapan tempatnya bersemayam. Sinar yang membentuk jalan lurus, menuju sebuah pintu yang sangat aneh karena tidak melekat di dinding, melainkan pada gelap. Dia berusaha keras, mengulurkan tangan jauh-jauh, menggerakkan kaki dengan susah-payah—

lalu pintu itu terbuka.

Kali ini, tidak ada kegelapan dan sinar. Di depan matanya, yang ada adalah dunia nyata. Segalanya terdiri atas bentuk-bentuk yang kompleks, gradasi warna-warni, serta seraut wajah yang rasanya sangat dia kenali.

'Sora...?' bisiknya dalam hati, karena bibirnya kaku, tidak mampu bergerak barang sedikit pun. Namun pertanyaan itu tertuang dalam tatap matanya. Mengalir begitu saja seiring tetes air asin menuruni sisi wajahnya. Dan Sora—selalu Sora yang dulu, selalu paham dan mengerti segalanya tentang dia—tersenyum. Meraih tangan kanannya.

Ini aku, Maaya. Ini Sora.”

'Sora... Aku kembali?'

Selamat datang kembali, Maaya,” bisik Sora lembut padanya, sebagai jawaban atas tanya yang tak bersuara.

Maaya menggerakkan kepalanya sedikit—sebagai usaha untuk mengangguk. Gadis dengan rambut pirang stroberi itu menutup kelopak matanya sekali lagi. Dia mendengarkan detak jantungnya sendiri, sedikit lebih cepat dari tempo yang biasa, tapi tetap musik terindah baginya. Karena ini bukti bahwa dia masih hidup. Karena ini bukti bahwa hatinya masih bergetar demi sesosok lelaki bernama Sora itu.

Maaya... syukurlah.”

Keheranan, Maaya segera membuka mata untuk menangkap senyum Sora—sedih, bahagia, lega, bimbang—berpusar dalam satu garis bibir, membuat Maaya tertegun.

Akhirnya kamu bangun...”

'Ya. Akhirnya aku pulang. Demi kamu, Sora. Demi cintaku.'

Selama beberapa hari ini, aku tidak tahu harus bagaimana. Saat kamu koma, membuatku sadar...”

'Sadar akan apa, Sora?'

Aku mencintaimu. Maaf, baru sekarang aku sadar, karena ini yang pertama bagiku. Terlalu canggung, aneh, aku tidak paham sebelumnya. Tapi... Maaya, aku mencintaimu.” Sora mengecup punggung tangan Maaya, gestur yang asing bagi keduanya, karena ini memang yang pertama.

Gadis itu tersenyum kecil. Kali ini, bibirnya bergerak-gerak, lidahnya bergetar, tenggorokannya berdenyut—demi satu kalimat yang bahkan tidak koheren.

So...ra... Cinta... per...tama...ku...”

'Aku kembali, demi cinta pertamaku, Sora.'

-FIN-

Thursday, September 27, 2012

[Orific] Memoria

Re-publish from the note on my facebook.

For [#FF2in1] 25 September 2012 (1)
Theme Song: Sedang Apa Dan Di Mana - Sammy Simorangkir
Word count: 400

“Hei.”

Gadis dengan rambut pendek itu mendongak. Rona merah menyapu wajahnya yang berbentuk hati, membuatnya terlihat imut sekali. Poninya yang sudah agak panjang disibak ke belakang menggunakan bando hitam sederhana. Penampilannya segar. Dan bahkan dari jarak sebegini jauh, aku bisa mencium harum sabun yang menguar dari tubuhnya.

Aku tersenyum. “Pasti baru mandi nih?”

Jawabannya sedikit malu-malu. “Iya...”

“Mel, Mel... Padahal kita kan cuma mau ke alun-alun buat wawancara pedagang bakso. Niat amat dandannya?” godaku, senang bisa membuat gadis manis ini semakin gugup.

“Umm, yaah, namanya juga cewek, Yan... Malu kalau nggak rapi.”

Hmm. Smart answer. Anak perempuan memang beda sama kami, para adam yang kadang seenaknya sendiri dalam berpenampilan. Aku melirik bajuku sendiri sore ini: kaos v-neck yang gambarnya sudah agak luntur, celana jins selutut, dan sneakers yang entah kapan terakhir kali dicuci—dan aku meringis dalam hati. Seperti bumi dan langit dengan penampilan Melly. Kugaruk bagian belakang kepala yang sebenarnya tidak gatal. “Malah aku nih yang malu, lusuh begini...”

Tapi cepat-cepat gadis itu tersenyum menenangkan. “Nggak kok, Yan. Udah bagus kok.”

“Haha, kurang rapi nih, padahal nanti kita harus foto sama pedagang bakso yang diwawancarai kan...,” sesalku. “Duh, padahal dari dulu Anita tuh—”

Menyebut nama Anita membuatku tertegun sendiri. Menyebut nama gadis yang sempat merajut kisah denganku, rasanya mengganjal. Padahal selama ini aku berusaha move on dari hubungan kami yang sudah kandas dua bulan yang lalu, bahkan berusaha mendekati Melly yang serba-perfect ini, tapi nyatanya dadaku masih terasa terhimpit kalau mengingat Anita.

Dulu, Anita yang paling rajin memberiku nasihat. Ini-itu, macam-macam yang dia minta dariku. Mulai dari menyuruhku pakai baju yang minimal tidak lusuh kalau kencan dengannya, memintaku mengurangi rokok, sampai mengingatkanku untuk belajar tiap malam. Kadang kusebut dia bawel, tapi kadang aku tahu nasihatnya itu memang benar. Kalau tidak ada dia, mana bisa aku bebas dari lintingan tembakau laknat itu, coba?

Sebesar itu arti hadirnya bagiku.

Tapi, Anita yang seperti itu, entah mengapa lama-lama hilang. Jadi jauh. Bawelnya tidak lagi menggangguku. Aku sudah mulai merasakan kejanggalan itu sejak beberapa minggu sebelum kami putus, tapi kukira itu hanya karena dia ada masalah.

Ternyata, masalahnya adalah aku bukan lagi orang yang paling dicintainya.

“Ryan?” panggil Melly lembut, membuatku tersentak. Aku tersenyum meminta maaf padanya, karena sudah mengabaikannya selama beberapa menit.

“Sori, ngelamun bentar,” ujarku.

Seulas senyum dari Melly membuatku teringat lagi pada Anita.

Sedang apa, dan ada di mana kamu, Nit? Kamu, yang dulu kucinta...

FIN

Thursday, September 13, 2012

[Poetry] Flame of Jewels

Are you alone? Singing in solitude, is it lonely?
The heartbeats marching through my ears, they are sad
United with my tears, a jewel under heavy world
Search the heart between graceful drops of rains
Because the moon always shines, for you, for me
Because the flame dims and flares, time allows
Because this is life.

-12092012-
the lyric of my downheart singing

Saturday, September 8, 2012

Melodies of Life

Melodies of Life (Final Fantasy IX Theme Song)
by Emiko Shiratori

Alone for a while I've been searching through the dark,
For traces of the love you left inside my lonely heart,
To weave by picking up the pieces that remain,
Melodies of life - love's lost refrain.

Our paths they did cross, though I cannot say just why.
We met, we laughed, we held on fast, and then we said goodbye.
And who'll hear the echoes of stories never told ?
Let them ring out loud till they unfold.

In my dearest memories, I see you reaching out to me.
Though you're gone, I still believe that you can call out my name.
A voice from the past, joining yours and mine.
Adding up the layers of harmony.
And so it goes, on and on.
Melodies of life,
To the sky beyond the flying birds - forever and beyond.

So far and away, see the birds as it flies by.
Gliding through the shadows of the clouds up in the sky.
I've laid my memories and dreams upon those wings.
Leave them now and see what tomorrow brings.

In your dearest memories, do you remember loving me ?
Was it fate that brought us close and now leave me behind ?

A voice from the past, joining yours and mine.
Adding up the layers of harmony.
And so it goes, on and on.
Melodies of life,
To the sky beyond the flying bird - forever and on.

If I should leave this lonely world behind,
Your voice will still remember our melody.
Now I know we'll carry on.
Melodies of life,
Come circle round and grow deep in our hearts, as long as we remember.

[lyric taken from http://www.lyricsmode.com/lyrics/n/nobuo_uematsu/melodies_of_life.html]

Black and White

Graceful rains begetting hollow,
Sobs running to follow,
But blinding is the light of tomorrow,
Vianna desu.

Quite a lot happened today... at school. Not everything is happy one, though.

First, at PE, we learnt how to do 'lompat jangkit'. I don't know what it goes in English (I even doubt there's that kind of sport in other countries). This is more or less a modified kind of long jump. And it uses thrice push (is that what you call 'tolakan' in English?).

Well, that's where an incident happened.

Thursday, September 6, 2012

[Review] Katekyo Hitman Reborn! 400

[Beware: I'm going to go fangirling all over.]

I read KHR 400 this afternoon... and got a hard time suppressing my squeals. There are too many, too many cool scenes. In only 17 pages.

First, Verde's machine... gone screwed. Damn. Jager is getting too gary-stu for my liking, and I don't really like where this's going. Look, Xanxus and Squalo's out, so is Byakuran. If even the remaining two also got 'killed', this series will be so downright boring.

Skeptical, but still fangirling. Yeah, that's me. I gasped and gawked when Mukuro got hit... AND SOMEONE TELL ME HIS TRIDENT'S NOT BROKEN. ;A;


And Dino saved him--in exchange he got a fatal blow though. Well, actually I don't know where his power lies in comparison to Xanxus, Squalo and Byakuran. But I tend to think he's weaker than Xanxus and Byakuran, but on par with Squalo, so I thought... he wouldn't stand a chance. [yeah, what kind of fangirl am I]


But you know, all the mass murder that happened for the last few chapters completely made me forget... about our beloved skylark: Hibari Kyouya!! 8D Where have you been hiding, damn birdie?! And, gosh, his coat made him look like a royalty out for a killing ==a (wait, he IS out for a killing).


Well, so basically (I think) I got the same expression as Reborn-Hibari-Mukuro there. "Wait, what??! Jager....?!" like that.



And then, Mukuro-Hibari tag team attack!! I believe this is a very amusing event for 6918 shipper. Because even Reborn acknowledged their good cooperation. Indeed, your natural nemesis is your best partner. So never hate someone with a passion, guys! You might've loved him/her in the process 8D #what


But Jager short-warped to Hibari's behind!! ;____; Damn you, Jager! Why don't you continue your physical dodge to Hibari's attack?!

In the same page, somehow I got a hint for D18 :-/ [looks like I'm beginning to understand how fujoshi/fudanshi's minds work]

Right, let's forget that, now onto the last panel. Anyone would be able to guess who it is. And I did, and I almost squealed. IT'S TSUNA!!! Hell yeah, I wonder if Tsuna (and their whole team, actually) have a strategy to overcome Jager's short warp. From the start, they relied on Tsuna to beat him, right?


And, with Dino-Byakuran-Xanxus-Squalo out, it left only Decimo's Guardians in the battlefield: Tsuna-Mukuro-Hibari-Chrome. (I don't think we should include Flan, lol) And, as the last chapter suggested, Reborn's gonna help 8D I wonder if Mammon will go too.

Next week will be the final clash. Looking forward to it!! >w<

[p.s: I don't own the pictures :3]

Wednesday, September 5, 2012

[Photos] Mia Nebbia & Mangifera

Sudah agak lama sih, tapi belum sempat update di sini, hehe.

So, tanggal 26 Agustus lalu, saya pergi ke toko buku untuk membeli styrofoam. Di rumah, saya siapkan cat dan tiner (uhh, tulisannya kayak gimana sih) dan kuas. Semuanya saya taruh di lantai kamar.

Ada apa gerangan?

Fufu, jadi begini. Onii-sama pernah menyarankan kalau saya sebaiknya bikin semacam 'mading' di dinding kamar. Dan sebagai mantan anak jurnalistik/mading, tentunya saya tertantang untuk mewujudkannya. Naah, pada tanggal 26 Agustus inilah, akhirnya misi saya terlaksana.

Berhubung saya ini tidak bisa menggambar (walaupun mantan anak jurnalistik/mading #orz), jadi saya pilih motif geometris yakni papan catur. Tinggal kotak-kotak hitam-putih, kan gampang =w= Sayang, karena cat yang ada di rumah cuma cat besi, jadi pengencernya adalah tiner, dan baunya ituuu urgh.

space kerja pembuatan mading :D


Entahlah berapa lama waktu yang saya perlukan waktu itu. Yang pasti, rasanya senaaang banget pas sudah selesai mengecat. Tinggal kasih judul.

Yang ada di pikiran saya langsung "Nebbia". Lol yeah, some fanatic I am. Karena tidak afdol kalau cuma satu kata, jadi saya gunakan Google Translate untuk membantu. Yang kepikiran waktu itu, "Wonderland of Mist". Oleh Google Translate, jadinya "Meraviglie di Nebbia".

So, I named it "Meraviglie di Nebbia".

Mia "Meraviglie di Nebbia"


Dan seriusan, tumben banget itu saya bisa nulis dengan rapi padahal pake tinta timbul yang notabene agak susah dipake ;___; =))

Memories :D
Untuk awalnya, mading itu saya tempeli foto-foto memorabilia. Foto saat OSN 2012 SMA tingkat Jawa Timur. Foto saat di FK Unair dalam rangka semfinal Medspin 2011. Foto waktu di lab kimia sekolah.

Betewe, di bagian judul saya tambahin gambar burung. Burung gagak. Ingat "Genjuu Mugaia"? I drew it while thinking about that one particular jutsu =))

.:.:.

Lalu satu lagi yang ingin saya sampaikan di sini.

Jadi ibu saya itu punya pohon mangga manalagi di halaman rumah. Tahun lalu adalah musim berbuah perdananya, dan dia itu mulai berbuah di akhir musim mangga umumnya. Jadi tahun ini, dia pun berbuahnya agak telat dibandingkan pohon-pohon lain. Kemarin-kemarin, waktu pohon-pohon mangga di dekat rumah, di sepanjang jalan, di mana-mana sudah berbunga dan berbuah dengan indahnya, pohon mangga kami melempem. Bikin saya penasaran nungguin.

Naaah, sekitar seminggu yang lalu si pohon ini akhirnya berbunga! Yatta! Tiap hari saya perhatikan deretan bunganya, senaaaang banget. Ternyata kemarin ibu saya bilang, "itu sudah ada yang berbuah, tapi ukurannya baru sebutir jagung."

Saya pun tambah senang. Tadi pagi saya ke sana, nyari-nyari mana yang sudah berbuah--dan ternyata benar. Lumayan banyak.


Lapor! Penyerbukan berhasil!
Lapor! Pembuahan berhasil!
Tinggal menunggu sampai besar dan siap dipetik!
Laporan selesai!

XD

[Poetry] True Beauty

Fall in grace; the lady were
Thrown as bless, her smile, her eyes
She was; everyhting and shining blindly
The life so pure, so dangerously close
To death she fell, she thrown, she shone


-28082012-
Some scribbling on my Biology workbook.

Sunday, September 2, 2012

[Poetry] Sayonara Janai

Goodbye, is it?
I wouldn't say, I wouldn't dare
Knocking on thy mind, the song of parting it might,
But unheard me. My mind. None.
Overrated frequency, I say. Overrated lengthwave you say.
Still, unheard, unheard,
not wanting to hear.

Sing, and hum, that song of longing--you may now
And smile, not rueful, not mirthful
Just suffice the world of love and of melodies

But never goodbye--
--not now.

-28082012-
A song for those who have to depart, farther from me; but, no goodbye. This isn't parting.