Saturday, December 28, 2013

[Orific] Manusia Bodoh

Judul: Manusia Bodoh
Author:
Vianna Orchidia
Rating:
K+ / PG-13
Genre:
Romance/Angst/Drama
Summary:
Aku menyayangi pemuda itu. Namun tak pernah bisa kuraih dalam genggaman.
Warning: fast pace, unclear setting, unclear pace. Misstypo. Unbeta-ed, un-proofread.
A/N: Another piece written based on a dream. Hanya saja, kali ini hanya general idea yang saya pakai. Kalau sampai detail plot dari mimpi juga dipakai, it'd be too absurd---- anyway it's written in about 6 hours, in the midst of clouded feelings, so expect something weird. And somehow I miss Shouichi from katekyo Hitman Reborn. Enjoy.

-story start-

Tuesday, September 24, 2013

屋根の向こうに (Kalafina)

屋根の向こうに
Kalafina

ひとりきり佇んでいた風の中
幸せの名前をそっと呼びました。
優しい嘘を付いて
きらきらと笑っていたい、いつも

ありあまる光が夏の空満たしてた
本当は世界はいつも君の側にいた

きっと夢に届く
そんなほのかな 眩しさ
ふいに顔を上げた
『夏の』屋根の向こうに

数え歌減らして回す糸車
増えて行く見えないものを紡ぐから

透明な駅立って
未来へと汽笛に耳を澄ませ

夢の手を取って(取って)少しだけ行こうか
浮き立つ心を
白いマストに見立てて

そっと影は笑う
あんな遠くで微笑む
リラの花を揺らした
風の囁き

ありあまる光はいつも君の側にいた
本当はずっと前から君は知っていた

そっと振り向く雑踏
ふいに涙は優しく
夏の雫になって
屋根の向こうに

(lyric taken from booklet)
And suddenly fell all over again with this song. 
...partly because the vocabulary is quite simple.
By the way, I tried to include Keiko's back vocal lyrics, but they're too vague and I was too lazy to move and grab my earphones so yeah. In the end I decided to omit them and left only one, which is loud enough for everyone to notice.

And why am I doing this rather than doing my assignment ;;;;;; /scurries back to MS Word/

Saturday, September 21, 2013

First Days of University

こんにちは!
Ah, how long has it been, I wonder. Sudah lama sekali saya nggak mengepos apa-apa di sini. So many things have changed.

For one, 今、アイルランガ大学の日本文学氏の学生です。日本語を、まだまだ少し知っています。これからがんばります! ^^

Logo Niseikai Aidai, HIMA Sastra Jepang Universitas Airlangga


Okay, enough with hiragana.

Begitulah, sebagai 新入生 jelas ada banyak kesibukan baru. Anda tahu sendiri ospek di Indonesia itu seperti apa. Nggak, bukannya ada perploncoan yang ekstrem, tapi tetap saja banyak tugas yang menyita waktu.

Sebagai gambaran, saya akan menjelaskan dari awal rangkaian kegiatan ospek.

Friday, September 6, 2013

[Orific] Sweet Orange

At daybreak I awoke to the smell of oranges. The sweet, fresh fragrance filled my nostrils immediately, giving me a slight nausea. I proceeded to stand up while covering my nose and wandered to the living room. There my sister was, peeling oranges indulgently and sipped the juices off the fruit, leaving dry, crumpled skin of oranges in the trashcan.

"Morning," I said hoarsely.

"Hey," she smiled back. "Go drink first, your voice's horrible."

I stepped to the water dispenser and poured myself a glass of water which I quickly downed. "Eating oranges this early, sis? You'll get stomachache."

My raven-haired sister merely laughed it off. "It's a fetish; I can't help it." Her almost curly hair bounced around as her shoulder shook with laughter. "Want some?" she offered when I sat next to her, turning the television on.

I eyed her, her smile, then the orange in her hands, and huffed.

"Nah, I'll pass."
-fin-

Yeees, I know, this is just some meaningless drabble. 
Written when a friend ate her orange in class, 
of which then the smell quickly invaded the whole room.
-05092013-

Saturday, August 3, 2013

[Poetry] In Darkness


taken from http://www.flickr.com/photos/elvirasdada/5563219556/

Hey, are you still there?
In the darkness; waiting for your demon to go away?
Sometimes choking in the damp air,
Sometimes groaning and calling God,
Sometimes even scratch the blood out.

Hey, can you hear me?
From outside; I whisper your name in my heart.
Wondering when you're going to show up,
Wondering what story you'll tell me today,
Wondering how you'll fight away the monsters.

Hey, will you promise me?
During storms; you are strong as ever.
But the winds are growing fierce--
--you are falling down, down, down, again.
Still, can you promise me?
Tell me you won't give up.
Tell me you'll stay to see another daylight.
Tell me I can go inside, into the shadows, into your darkness.
And let's wait together.


-03082013-
I can't promise I wouldn't get scared or something, but I can promise that you're still my friend.

Saturday, July 6, 2013

Hey, You're Weird!

"Weird" sure sounds offensive, huh.

I quite often use this term. To my friends, my family, and myself. Mostly to my family and myself. I just can't deny that yes, we are weird. Sometimes I believe it's hereditary--but meh, copycat-ing our parents makes more sense (we are a sibling of three, FYI).

Is that, in itself, weird of me? I mean, calling myself weird. At least thrice a day?

(okay, a bit exaggerating there, but you see how often I do it)

Sometimes I wonder, do my friends think I'm offending them when I call them weird? Because I think I catch them sending me disapproving look as I tell them stories about someone then straightforwardly said that "he/she's so weird!"

Well. In my dictionary, 'weird' means 'out of the box'. Extraordinary. People who are courageous enough to be different. And I absolutely give them the highest regard. So when I say "you're weird", it means "you're great".

I like using the term "weird". And I love "weird" people. I really do. I mean, if you ask me what quality I'm looking in friends (or, ehem, boyfriend), I'll answer "someone I can call weird".

Thank goodness my family are weird.

(and you, yes you--you don't know how many times I've called you weird since the first time we talked. I even used the superlative term: insane. Congrats, now you know.)

Wednesday, June 26, 2013

Sang Dewi - Titi DJ

Sang Dewi
-Titi DJ-

Walaupun jiwaku pernah terluka
Hingga nyaris bunuh diri
Wanita mana yang sanggup hidup sendiri
Di dunia ini

Walaupun t'lah kututup mata hati
Begitupun telingaku
Namun bila di kala cinta memanggilmu
Dengarlah ini

Walaupun dirimu tak bersayap
Ku akan percaya
Kau mampu terbang bawa diriku
Tanpa takut dan ragu

Walaupun mulutku pernah bersumpah
Tak sudi lagi jatuh cinta
Wanita seperti diriku pun ternyata
Mudah menyerah

Walaupun kau bukan titisan dewa
Ku takkan kecewa
Karna kau jadikan ku sang dewi
Dalam taman surgawi

Friday, May 31, 2013

Mirror, Mirror On The Wall...

Hari ini saya bicara pada pimpinan cabang LBB tempat saya les. Awalnya hanya menemani seorang teman yang malu-malu kucing pas mau konsultasi dengan beliau, tapi pada akhirnya saya ikut mengutarakan unek-unek yang beberapa hari ini mengganjal hati. Dan hal itu, terkait biaya kuliah.

Mulai tahun ini, di perguruan tinggi akan diterapkan kebijakan bertajuk Uang Kuliah Tunggal (UKT), yang mana besarnya dibedakan untuk tiap prodi dan tiap kategori kemampuan orangtua. Berhubung prodi incaran saya memang termasuk bonafide, angka yang tertera pun nggak main-main. Paling tinggi 25 juta. Per semester.

Baru kali ini saya tahu bahwa angka saja bisa bikin sesak napas. (Selain angka-angka di soal olimpiade matematika, but that's out of topic.)

Orangtua saya sudah bilang, jangan dipikirkan. Sudah, belajar saja yang rajin, lakukan yang terbaik. Dan saya paham, paham, bahwa itulah satu-satunya hal yang bisa saya lakukan sekarang. Masalah biaya, bukanlah bagian saya. Saya paham.

Tapi apalah mau dikata, otak ini kadang nakal. Yang harusnya tidak dipikir, terus melekat. Yang harusnya dipikir baik-baik, malah dilupakan. Biarpun sudah menetapkan hati untuk nggak mempermasalahkannya, tetap saja kepikiran.

Lama-lama menyesakkan. Makanya saya nekat mengatakannya pada pimpinan cabang LBB saya itu (sebut saja Mr. T), meskipun aslinya curhat bukan kebiasaan saya. Dan tahukah apa kata beliau?

"Yang namanya orangtua, mereka akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan anaknya, agar bisa melihat mereka sukses. Kalau memang butuhnya sekian, mereka akan berusaha agar dapat sekian. Kalau butuhnya lebih banyak, mereka akan berusaha agar dapat lebih banyak. Lagipula, Tuhan tahu apa kebutuhan kita. Pasti ada jalannya. Pokoknya kamu dapatkan dulu jurusan yang kamu mau, urusan itu bakal ada jalan keluarnya nanti."

Sumpah, saya merasa tertampar mendengarnya.

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Siapa yang selama ini menyerukan hal itu? Siapa yang selama ini menyemangati temannya untuk nggak usah memikirkan masalah biaya? Siapa yang selama ini meyakinkan temannya bahwa biaya bukan rintangan dalam mengenyam pendidikan, karena ada yang namanya beasiswa?

Saya. Saya!

Begitu mudahnya menasihati orang lain. Begitu mudahnya melupakan nasihat yang sama, bila itu untuk diri sendiri!

Berkat ucapan Mr. T, saya bisa menemukan lagi kepercayaan diri yang sempat meredup. Terima kasih banyak, Mr. T. Dan untuk teman-teman, mari kita saling mengingatkan. Karena kita tidak bisa melihat wajah kita sendiri tanpa bantuan orang lain. Kita tidak bisa mengelap kotoran di muka tanpa arahan orang lain.

Dan jangan lupa: KITA PASTI BISA!

Thursday, May 30, 2013

Titik Balik

Ashita e no chikamichi ga
doushitemo mitsukerarenai?
Hitotsu zutsu, ippo zutsu,
sonna no wakatte iru keredo
Taiyou ga noboru basho e
 [Why can’t I find
the shortcut to tomorrow?
Even though I understand
I have to do it
step by step, one at a time
To the place the sun rises]

[音楽 - Kalafina]

Terkadang, kita memang merasa hidup itu berjalan lamban. Hari demi hari, kita berjuang demi suatu tujuan. Para siswa belajar tak kenal lelah. Para karyawan bekerja dari pagi sampai sore. Kemarin, sekarang, besok, minggu depan--tanpa tahu kapan akan berhenti.

Capeknyaaa.

Sunday, May 26, 2013

[Poetry] Prosa Perpisahan


Masih teringat awal kehidupan SMA kita.
Rasa berdebar ketika pertama mencoba seragam putih-abu-abu.
Juga was-was ketika menginjakkan kaki di halaman sekolah, disambut oleh para Kadis bertampang galak.
Bahkan hingga detik ini, jika kita mengenang pengalaman selama tiga hari Masa Orientasi, tawa akan selalu menghiasi.
“Betapa culunnya aku dulu!” atauMengapa dulu bisa menangis ketakutan begitu?
Ya, memori yang menyenangkan. Membekas benar di kalbu.
MOS usai, hari-hari sebagai murid Smariduta yang sesungguhnya pun dimulai.
Menemui guru-guru baru. Ada yang baik, ada yang diam-diam ditakuti. Memiliki kesan masing-masing.
Berkenalan dengan teman-teman baru. Ada yang akrab, ada yang saling memusuhi. Bahkan ada yang menjalin kisah kasih.
Lewat setahun dan cerita kita memasuki babak baru.
Dipersatukan dalam wadah berjudul 'IPA 1', kita mematri kenangan baru tiap harinya. Bersama. Sekelas.
Kita sempat terpecah sekali, dan cukuplah sekali, karena kita tak ingin melepaskan lagi.

Sekarang ini, bila diingat-ingat lagi,
Tiga tahun belakangan penuh dengan keajaiban tiap harinya.
Dan hal itu terwujud hanya dan hanya karena orangtua kita mendaftarkan kita di Smariduta,
Dan mendukung semua kegiatan kita, menaungi saat kita payah.
Karena itu, terima kasih. Bapak-ibu, Papa-Mama, Ayah-Bunda, Abi-Umi.
Terima kasih selalu.
I love you.

Lalu, kita semua setuju. Setahun duduk di kelas XII adalah yang paling berarti, paling segar di hati.
Suasana di kelas serta karakteristik tiap guru saat mengajar, seakan kemarin masih terjadi.
Kalimat "In the name of God loh ya," saat jam Bahasa Inggris membuat kita menarik napas.
"Ojo dipiye lek durung diopo," mengingatkan kita atas pentingnya masalah kecil, seperti halnya soal Kimia.
Sindiran tajam saat jam Matematika yang mengatasnamakan "anak IPA cap Smariduta", menyadarkan betapa besar tanggung jawab yang kita emban.
Gebrakan di meja, penggugah semangat manakala kantuk menyerang di jam Fisika.
Seruan "Merdeka!" serta lagu-lagu nasional sebagai pembuka pelajaran PKn.
Sampai pantun-pantun penyegar di akhir jam pelajaran Bahasa Jerman.
Manalah cukup disebutkan semuarasa syukur dan terima kasih ini.
Setahun bersama engkau, wahai para pendidik yang mulia, telah memberi dorongan besar.
Terima kasih. Terima kasih.

Namun bukan berarti perjuangan berhenti di sini!
Kita masih jauh dari tujuan, Kawan, masih terlalu pagi untuk bersantai.
Walau nantinya kita tidak lagi bersama-sama, tidak lagi sekelas, setidaknya sekarang—
Kita panjatkan doa bersama, untuk kita.
Semoga perjalanan kita diberi kelancaran dan kemudahan oleh Tuhan.
Semoga pelajaran yang kita peroleh selama tiga tahun di Smariduta bisa bermanfaat kelak.
Semoga diberkati semua guru kita yang telah berjasa ini.
Semoga dilindungi orangtua serta keluarga kita.
Amin.

A/N: Ini adalah puisi-slash-prosa yang saya buat demi penampilan kelas saya di acara wisuda kemarin. Dibuat dalam waktu semalam, dan dibeta oleh teman sesama penulis tercinta, Dinda Fujisawa.

Saturday, May 4, 2013

Grow A Day Older (Indonesian version)

Grow A Day Older
taken from Rectoverso
(c) Dee

this Indonesian version is translated by Vianna Orchidia
not profesionally translated, not proofread, possible mistakes here and there
please enjoy

Wednesday, May 1, 2013

Back to Heaven's Light (Indonesian version)

Back to Heaven's Light
taken from Rectoverso
(c) Dee

this Indonesian version is translated by Vianna Orchidia
not profesionally translated, not proofread, possible mistakes here and there
please enjoy

Sunday, April 14, 2013

The Prayer - Celine Dion ft Andrea Bocelli

The Prayer
Celine Dion ft Andrea Bocelli

I pray you'll be our eyes, and watch us where we go.
And help us to be wise in times when we don't know
Let this be our prayer, when we lose our way
Lead us to the place, guide us with your grace
To a place where we'll be safe

La luce che tu hai [The light you have]
 I pray we'll find your light
nel cuore restera [will be in the heart]
and hold it in our hearts.
a ricordarci che [to remember us that]
When stars go out each night,
eterna stella sei [you are eternal star]

Nella mia preghiera [How much faith there's]
Let this be our prayer
quanta fede c'e [in my prayer]
when shadows fill our day
  
Lead us to a place, guide us with your grace
Give us faith so we'll be safe

Sognamo un mondo senza piu violenza [We dream a world without violence]
un mondo di giustizia e di speranza [a world of justice and faith]
Ognuno dia la mano al suo vicino [Everyone gives the hand to his neighbours]
Simbolo di pace, di fraternita [Symbol of peace, of fraternity]

La forza che ci da [The force He gives us]
We ask that life be kind
e il desiderio che [is wish that]
and watch us from above
ognuno trovi amor [everyone finds love]
We hope each soul will find
intorno e dentro se [around and inside]
another soul to love

Let this be our prayer
Let this be our prayer, just like every child

Need to find a place, guide us with your grace
Give us faith so we'll be safe

E la fede che [It's the faith ]
hai acceso in noi, [you light in us]
sento che ci salvera [I feel it will save us]

Taken from http://www.azlyrics.com/lyrics/celinedion/theprayer.html
The one in italic is translation of the Italian lyric.

I'm currently very fond of this song. The lyric is soothing, and their voices are so amazing when combined together!  I even searched Andrea Bocelli's Con Te Partiro after listening to this song, which then plays frequently in my iTunes.
So in short, I'm into seriosa songs right now.
And hey, it's Italian. Not so surprising.

Saturday, April 6, 2013

[Orific] Grand Play (ch 2)

Judul: Grand Play (chapter 2)
Author:
Vianna Orchidia
Rating:
T
Genre:
Romance/Suspense/Angst/General 
Summary:
Tiap kata terlontar hanyalah permainan. Kebohongan menyatu dengan kebenaran. Namun, sebagaimana drama yang pasti punya akhir, sedikit demi sedikit tirai kebenaran akan turun dan menyelubungi kebohongan sepenuhnya. Menandai berakhirnya permainan ini.
Warning:
Rated for a little scene ahead, though nothing much because generally the rating for this chapter just went down. Misstypo. Gaya penulisan yang berubah-ubah.
A/N: Ahhh akhirnya chapter ini bisa selesaaai! Baru chapter dua aja udah kepayahan, gimana ntar ya... ukh, jangan dibayangkan, Ann! Anyway, karena ini ditulis dengan rentang waktu antara (time gap) yang cukup lama, jangan heran kalau agak jumpy. Dan sesuai janji, nama mereka diperkenalkan di sini.

Wednesday, April 3, 2013

[Orific] Futile

For #FF2in1 Sesi 3 April 2013 (1)
Theme Song: Dua Cinta Satu Hati - Calvin Jeremy

Dengan dagu tertopang satu tangan, aku memandang jauh keluar jendela. Menerawang tembus awan dan cakrawala, bisa kurasakan melankoni memenuhi benakku. Deru pesawat dan perubahan tekanan udara adalah satu-satunya yang menjadi pengingat tujuan kepergianku.

"Nggak apa-apa?" orang yang duduk di sebelahku menepuk pundakku, dan bertanya lembut. Aku menolehkan kepala dengan ogah-ogahan karena aku tahu dia pasti melihatku dengan pandangan mengasihani.

"Nggak apa-apa kok. Kenapa harus apa-apa?" jawabku dengan sedikit merengut. Terbukti benar bayanganku. Di kedua mata hitam itu ada rasa kasihan, membuatku sebal.

"Kamu udah kangen sama dia?"

"Dia? Nggak kok." Kualihkan lagi perhatianku pada gumpalan kapas putih yang bergerak pelan di luar jendela pesawat. "Ngapain juga kangen sama orang yang nggak kangen sama aku."

Kakak kembali menepuk bahuku. "Kangen juga nggak apa-apa. Sampai seminggu yang lalu, kalian kan masih pacaran," ujarnya, berusaha membuatku tenang.

Aku menutup mata dan membiarkan ilusi malam itu kembali muncul di dalam otakku. Pacarku, punya pacar lain. Semudah itu. Satu-satunya alasanku memutuskan hubungan dengannya. Tanpa mendengar alasannya, tanpa menghiraukan konsolasi teman-temanku. Aku memang anak manja yang egois, tapi kurasa kali ini keegoisanku masuk akal.

"Nggak ah," gumamku. "Buang-buang energi aja. Toh dia sudah ada yang punya."

Kakak tidak menjawab, dan aku berterima kasih karenanya.

-fin-

Tuesday, April 2, 2013

[Poetry] Mutlak Cinta

Sebagai tuna wirasa,
tak tahulah hamba arti mencinta
Berjuta-juta lagu umbar asmara
Kisah kasih dua insan manusia
Bercerita tiada ambangnya
Kiranya engkau temukan hamba,
Ajarkan, ajarkanlah rasa di dada
dalam bisik mesra
dan lantunan jiwa pembawa berkah
Usia usahlah jadi masalah
Tua muda semua punya cinta
Raga pula tiada cara
Tuk menolak cinta Yang Di Atas
Maha Pengasih pun Maha Penyayang
 
-18032013-
More whimsical writing during exams...
Dan kenapa antara awal, tengah dan akhir, semua punya gaya penulisan yang beda-beda...

Monday, April 1, 2013

[Orific] Maybe Tomorrow

Title: Maybe Tomorrow
Author: Vianna Orchidia
Rating: K+
Genre: Romance/Humor
Word Count: 861
Warning: short, no real plot, weird and maybe doesn't make sense. Misstypo and vocab and grammar. Title taken from the song 'maybe tomorrow' by Kajiura Yuki.
A/N: Wrote this in a whim. I just needed to write something to make my head lighter. Heh. And meet my two OCs from my unwritten story, Dreamweaver. The girl is pure Japanese whose mother remarried with an Indonesian man, so she now lives in Indonesia. The man is Indonesian, teaches Nihongo at girl's school. Stuff happens and, bam, they're going out. So if a student-teacher relationship disturbs you, feel free to leave this post.

Sunday, March 24, 2013

[Orific] Grand Play (ch 1)

Judul: Grand Play (chapter 1)
Author: Vianna Orchidia
Rating: T... maybe T+
Genre: Romance/Suspense/Angst/General 
Summary: Tiap kata terlontar hanyalah permainan. Kebohongan menyatu dengan kebenaran. Namun, sebagaimana drama yang pasti punya akhir, sedikit demi sedikit tirai kebenaran akan turun dan menyelubungi kebohongan sepenuhnya. Menandai berakhirnya permainan ini.
Warning: Rated for implied situations. Tidak ada nama disebutkan di chapter ini. Gaya penulisan berubah-ubah. Kadar misteri dan rahasia tinggi. See more A/N below.
A/N: Saya membuat cerita ini menggunakan tokoh rekaan (OC) dari RP Acacia punya saya dan salah satu teman saya. Jadi untuk disclaimer, tokoh wanita itu punya saya. Tokoh laki-laki punya Fue. Sayangnya karena saya payah karakterisasi, OC laki-laki ini kayaknya bakal punya sifat yang beda seratus persen dari aslinya, alias saya hanya pinjam nama dan penampilan.

Saturday, March 23, 2013

Consolation Dress (doesnt really console me)

Konbanwa~

So maybe all of you have known (or not) that Kalafina's 4th album is out! It contains a PV of Yume no Daichi. And as usual, I was very curious about it. Would it be as boring as Hikari Furu? Or a little revolutionary like symphonia? So I downloaded it right away (piracy FTW!) then watched it.

First impression: Uhhh, another non-story just-stand-and-sing-beautifully PV. At least it's not hellishly plain like Hikaru Furu. The ladies are pretty and lovely like always. The song reminds me of symphonia yet it's calmer. It also reminds me of FictionJunction's songs.

After finished watching it, I closed it. Then went browsing again. It led me to Kalafina's blog, where the ladies just wrote a new post. Including pictures of their album promo.

Le gasp. WHAT KIND OF DRESSES ARE THOSE??

Then it dawned on me--those're the same dresses they wore in the PV! OhmyGod, their pretty faces and beautiful music had diverted my attention from their attire.

Seriously Kalafina, what happens to your fashion sense? Those dresses look like craps. Like you sewn together whatever cloth you've got. Amazingly disturbing, really. And Keiko, you sure that's not Hikaru's moonfesta dress with additional rags?

But hey, even I must admit. Those uhhh horrible dresses still look good and appealing... if worn by Kalafina ladies. So the saying that 'pretty people still look pretty in whatever attire' proves true.

I just hope they don't stick to these dresses for a long time. I much, much prefer the dresses shown at the back. Seriously.

Wednesday, March 13, 2013

Not-So-Karma

Pelajaran yang diambil dari pengalaman: jangan pernah berharap untuk menghindari sesuatu.

Seriously,  people. Ini pelajaran yang sudah saya terima sejak lama sih, tapi setiap kali saya tidak ingin mengakuinya. Hanya saja... reality betrays me every single time.

Kali ini ceritanya begini. Seminggu ini saya ada ujian praktik. Hari pertama adalah kimia dan biologi. Waktu mempelajari kisi-kisi praktik kimia, ada satu yang bagi saya tuh sulit banget. Menguras waktu pula. Saya pun berharap, berdoa, agar besok tidak dapat praktikum yang itu (karena nomor praktik ditentukan lewat lotere).

Dan... yah, kalian pasti sudah bisa menebak. Apa yang ingin dihindari justru disodorkan ke depan mata. Waktu ambil lotere, liat nomornya, dan liat ke arah meja praktik... Sumpah pengen teriak putus asa.

WHYYYYYYY???

Tapi mau bagaimana lagi, cuma bisa dijalani sebaik-baiknya kan? Dan pada akhirnya... saya berhasil menyelesaikan praktikum itu dengan baik dan benar dan lancar dan alhamdulillah pokoknya!

Di satu sisi saya sebal. Kenapa kayak hukum karma begini sih? Tapi di sisi lain, saya bersyukur sama Tuhan. Karena Dia sudah memaksa saya untuk membuktikan, pada diri sendiri dan pada orang lain, bahwa sebetulnya saya bisa.

Akhirnya, untuk praktik seterusnya, saya berusaha sebisa mungkin untuk nggak berharap menghindari satu materi. Hiks.

[Poetry] Malam Kudus

Ibu
Di masa ku lahir, Ibuku menangis
Ia ulurkan tangan pada sang langit
Dan Ia lantunkan doa-doa suci untuk sang bayi
Ibuku pintakan asa terindah bagiku
Jalan tanpa liku, tanpa paku
Harap dan angan dan cita kuasai kalbu
Bahwa tawa akan selamatkan jiwanya,
musnah lenyap segala pilunya
Hari 'kan datang, ia 'kan tegak melawan suram
Ia sematkan panji-panji suci, dan Ia tersenyum
Ibu

-another old poem, but this one actually comes with a title. Dibuat untuk tugas bahasa Indonesia juga.
Inspired by: Seiya - Kajiura Yuki

[Poetry] Rinai Angkasa

Ribuan tetes berjatuh, jatuh dan jatuh
Tik, tik, tik, bahana air dari langit
Satu, dua, telah gentas daya 'tuk berbilang
Angkasa berdendang, senandung terdengar dalam hati
Sedihkah? Bahagiakah?
Inikah air mata sang cakrawala, menembus ruang dan jiwa?
Ia menjanjikan harmoni bagi insan berbutuh,
Ia berikan gundah lagi lara untuk yang ingkar
Memang ciptaan-Nya bukan untuk ditakar

-another old poem, no title, no date (yeah, actually i never  give titles to my poems before i publish them). Dibuat untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia membuat puisi.

[Poetry] Mengalir

Apa yang harus kulakukan saat ini?
Hujan itu terus mengguyur
Ribuan air, ribuan derita
Ribuan tetes, ribuan cerita
Pandangan mataku memburam, tahukah kau?
Pening mulai terasa, hati kecil pun memberontak
Harum tanah basah nan terjal
Sulit melangkah dengan lubang mengancam

Hujan hanya sementara, kau berbisik
Tunggu sedikit lagi, dan matahari kau dapat
Air hujan hanya akan menyentuhmu sekejap saja.
Mereka 'kan mengalir,
tanpa kau sadari mereka hilang.

Teruslah melangkah, wahai sahabat.
Aliran air akan membimbing kita pada senyum.


-an old poem, without title, without date. Dibuat saat saya kelas 10 dulu, di akhir semester genap. Puisi yang menggambarkan betapa stresnya saya waktu itu berkat tugas yang diberikan bertubi-tubi. Puisi yang menggambarkan usaha saya untuk menyemangati diri sendiri.

Saturday, March 9, 2013

Good Girl Gone Bad

in the land of twilight, under the moon
we dance for the idiots
ring-around-the-roses, jump to the moon
we sing with the castanets
[Kajiura Yuki - in the land of twilight, under the moon]

Adakah saat di mana kalian merasa dada ini begitu sesak, ingin meledak?

Di sini saya mau cerita tentang 'metamorfosis'. Cerita nyata. Bukan dalam novel apalagi sinetron. The best story of my life up until now.

Saturday, March 2, 2013

[Poetry] Senandung Abadi

Aku mencari makna dari bisikmu
Penuh melodi mengayun, mengambang
Aku mencari makna dari lagumu
Yang mengalir dari alam pada sang Bintang
Bilakah nada ini bergaung selalu?
Bisakah engkau tak kunjung sunyi, Sayang?
Musikmu adalah doamu,
Kalimatku adalah doaku,
Berkumandang. Jauh untuk-Nya.

-02032013-

Wednesday, February 20, 2013

Dream On!


Leave your doubt,
Look straight ahead,
And dream on!
 -me-
-19022013-

Monday, February 11, 2013

[Orific] Perfectionist

Vianna Orchidia (c) 2013
Perfectionist
Warning: grammar, vocab, oneshot flashfic, no real plot, based on true life

I hate it most when you say, 'I'm fine'.

Because as a matter of fact, you are never 'okay'. Maybe I'm not a mind-reader, nor am I a clairvoyant, but I've been with you for a while now. It's enough to know when you're lying to me, saying you're okay despite you being not okay at all.

I can see how you choose to stay in the corner, not really paying attention to the scenes unfolding before you. Your dark, immense brown orbs are focused solely on the guitar you've been holding and setting since we started this meeting. You don't even try to listen, I know; with those headphones on, you want to block out all these distasteful noise.

I know. I've been looking.

At first I try to let you be as well. But you are an essential person for this whole fiasco, you are needed. Even if I know how dismayed you are with how things turn out, you cannot just walk away. That's why I come to you.

“Zee,” I start. Noticing my presence up close, you finally put down the headphones and train your eyes on me. I'm glad; you still listen to me. “Zee, we need your consent on the matter,” I say, though a little bitterly at the almost-scowling face you make.

“Tell them I'm fine with any conclusion you come to,” you say in a dismissively tone, then your hands begin to tune the strings again. I'm not sure whether that guitar really needs tuning anymore, or it's just your way to make me leave.

Judging by your face, I think it's the latter.

“I can't tell them half-hearted approval,” I mutter slowly. “Come on, I know you have something to say. Come to the front, okay?”

“Nah, I told you anything is fine by me.”

“Zee, don't say that,” I plead as I get slightly desperate. “At least come forward; you're one of the captains, right?”

You glance at me once from behind those long lashes, and I give you another pleading look. I can see the tiny feel of guilty in your eyes, but they vanished beyond the sternness again. “Dann will substitute me,” you raise your hand to the dark-skinned male. “Hey, Dann! You go there for me, yeah?”

At that, my heart scrunchs a little. Don't act all friendly like that... After all, Dann's the main reason why you get so upset, no? You don't like him and don't want to accept him in your team, no? But you can't say that, no matter what, because it is a decision all of us made together yesterday. And that's why you become sulky like this right now.

I've been with you for years, Zee. I just know.

“Hey,” I practically screech out, “but you're the captain, right? Come on, come forward. We need you.”

“Dann can help too,” you say with a smile. To comfort me, maybe? But not at the least am I comforted, for that smile is too dry and forced. A smile not befitting for you.

“Zee—”

“Ann, Dann will substitute me, okay?”

How unfair. I cannot fight you whenever you use that kind of tone, you know? From the start you are always this kind of straight-forward and confident person. And from the start, I'm never one to oppose such person. It feels like you just said 'checkmate!' and here I am, edging away from you who put our headphones on again.

But as I talk to Dann, asking him things I should be discussing with you as the captain, I can't help feeling so down. It is not his place. It's yours. And yours alone. You are chosen because you can lead your team, not anything else. We trust you, Zee, not Dann.

So with this set on mind, I stomp over to you once again. I pull your shirt, forcefully asking for attention, then exclaim, “Zee, you are the captain. Please, come forward. Come with me, okay? Please?”

For a second you look stunned. I realize my words are ridiculously begging, but I don't even give a damn. You gaze at your guitar briefly, a look which I know will lead to another excuse, so I quickly grab it and keep it away. “You can play later. I'll even listen to your play! But now, please, just go there and let's discuss this. Okay?”

Tears have dripped slowly into my voice. I don't know if you realize it or not, but you finally give up and put away your headphones. I am washed with relief as I trot back to the front with you following close. When we arrive, Dann is practically shoved away.

“Yo, welcome back, boy,” Brian, another captain, welcomes you. “Finally here?”

“Yeah,” you reply curtly.

“Zee, we're discussing whether to keep the members of every team as it is now or reshuffle it again,” I explain. “Which one do you choose?”

You stare at me for another second before answering, “Ann, I told you, either is fine for me.”

Going back to that circle of 'I'm fine' huh? I feel my throat thicken with tears again. “Aren't you dissatisfied with your current team?” I say, voice trembling.

“Not really,” you shrug nonchalantly. Pretend. “I'm fine, you know.”

No you're not, I whisper in my mind as I observe the faint deviance in your face and your tone.

“It's okay to reshuffle, actually,” I keep on.

“No need, Ann. It's fine.”

“You're sure?”

“Yep. It's fine.”

“All right, if you say so,” I sigh and wink at him, trying my best to swallow all my tears down. “Just don't be so unwilling like that, okay? You'll tire your teammates.”

“Yeah, yeah,” you nod once. “You worry too much, Ann.”

“I do?” I fake a laugh. “Can't help, I guess. I'm a perfectionist.”

I sure am. I want everyone to be happy in this matter. You, me, they, even Dann. I want us all content and satisfied with our decision. Though, I know, we can never please every single person. But hey, I'm a perfectionist!

I laugh at the irony as I wipe my tears away.

-FIN-

I don't even know why I cried over this simple matter... Maybe because Zee was being so gloomy while his usual self is the complete opposite, I got dragged down.  Oh, and because my friends' passive behaviour made this whole matter more complicated. Passive but sometimes a little selfish.
Yeah, it's impossible to please all of them, I know, I shouldn't have think about it too much.

Tuesday, February 5, 2013

[Orific] Ice Cream Memory

Vianna Orchidia (c) 2013
ICE CREAM MEMORY

Warning: oneshot, Indonesian narration but English dialogue, misstypo, vocab. A little too good to be true? 

.:.:.

"Momma, I wanna ice cream."

Aku menoleh untuk melihat seorang anak kecil berambut blonde kusam menarik-narik ujung rok seorang wanita muda yang kutebak adalah ibunya. Wanita itu segera menggandeng tangan anaknya, lalu dengan lembut menariknya ke arah penjual es krim yang diinginkannya. Bisikan-bisikan manis penuh cinta pun dilontarkan olehnya. Aku hanya bisa tersenyum melihat adegan itu.

Sebagai seorang Asia di belantara Amerika, aku menemukan hiburan dalam mengamati tingkah polah orang-orang Kaukasia ini. Ada yang berjalan cepat seakan ada anjing membuntuti langkahnya, ada pasangan yang bergandeng tangan sambil sesekali berciuman dengan santai, dan ada pula interaksi orangtua dengan anaknya, seperti yang barusan kulihat. Semuanya menyenangkan.

Sementara itu, aku cukup tahu diri bahwa warna kulit dan rambutku juga jadi hiburan bagi sebagian dari penduduk kota ini. Terutama anak-anak. Kadang kalau berjalan di dekat taman yang penuh anak-anak kecil, aku merasa seperti badut yang dibayar untuk membuat mereka terhibur. Sebagian yang masih sopan hanya akan menatapku lekat-lekat, berusaha meyakinkan diri bahwa aku bukan alien yang baru saja mendarat di lapangan pinggir kota. Sedangkan sebagian lagi, dengan tidak tahu malu akan menunjuk-nunjuk, berteriak, bahkan bertanya terus terang apakah aku punya ingus berwarna hijau (yang membuatku paham bahwa ya, mereka mengira aku ini makhluk luar angkasa). Dasar anak kecil. Kota ini memang kota terpencil yang jarang dimasuki orang asing, jadi anak-anak itu belum paham kalau ada manusia dengan ciri tubuh sedikit berbeda dari mereka.

Aku hanya berharap orangtua mereka mau menyetelkan channel televisi internasional untuk membuka wawasan mereka.

Ah. Melihat anak kecil berambut blonde tadi menjilati es krimnya dengan lahap, aku jadi tergoda juga. Toh sudah lama aku tidak makan es krim. Dengan senyum kecil di bibir aku menghampiri penjual es krim itu.

Saturday, January 19, 2013

All The Love In The World

All The Love In The World 
The Corrs

I'm not lookin' for someone to talk to  
I've got my friends, I'm more than okay 
I've got more than a girl could wish for 
I live my dreams but it's not all they say
 
Still I believe, I'm missin' somethin' real 

I need someone who really sees me
 
Don't wanna wake up alone anymore  

Still believin' you'll walk through my door
All I need is to know it's for sure
 Then I'll give all the love in the world
 
I've often wondered if love's an illusion

Just to get you through the loneliest days 
I can't criticize it, I had no hesitation  
My imagination just stole me away
 
Still I believe I'm missin' somethin' real 

I need someone who really sees me
 
Don't wanna wake up alone anymore  

Still believin' you'll walk through my door  
All I need is to know it's for sure  
Then I'll give all the love in the world 

Love's for a lifetime not for a moment  
So how could I throw it away  
Yeah, I'm only human 
And nights grow colder 
With no one to love me that way
 
Yeah, I need someone who really sees me

 
And I won't wake up alone anymore  

Still believin' you'll walk through my door  
You'll reach for me and I'll know it's for sure  
Then I'll give all the love in the world

[ From: http://www.metrolyrics.com/all-the-love-in-the-world-lyrics-the-corrs.html ]

A very beautiful song. Love is not always about taking, but also giving.
 I wish I could sing this to someone, the right one, from the bottom of my heart.
[Being romantic all of a sudden, lol]

Thursday, January 17, 2013

Fortune-teller

Apa kalian percaya dengan ramalan?
Pastinya ada yang menjawab ya dan tidak.
Ada juga yang bilang bahwa ramalan itu hanya untuk senang-senang saja.
Saya termasuk yang terakhir itu. Mendengar dan melihat ramalan untuk hiburan semata.

Tuesday, January 15, 2013

[Poetry] White Angel

Leave the moon, descend on misty night with me
Blissful prayers were spoken, everyday, everynight
They reach me. I am your angel.
You will end with me, during lovely nights,
Excanging promises to lift you curse of woes
Kisses upon your lips to bring the smile out
My love, take my hand, I'll take you to heavenly Earth

-15012013-
A poem based on my unpublished fanfiction. About an angel who selfishly pulls a saddened human into his world. Neither of them could say whether it's for better or worse.

Wednesday, January 2, 2013

[Orific] Tak Bersayap

#FF2in1 sesi 2 Januari 2013 (2)
Theme Song: I Believe I Can Fly - R. Kelly

"Terbang."

Perintah yang tanpa tedeng aling-aling. Tidak berbelas kasihan. Menusuk nuraniku, sakit rasanya.

Aku merengut dan melipat tangan di depan dada. "Aku tidak bisa, Lily," jawabku tegas.

"Jangan manja. Hanya luka sedikit di sayap, kau sudah menyerah?"

Jleb. Sakit, sakit sekali. "Bukan mauku juga untuk menyerah," gerutuku pelan. Tenggorokanku terasa kering dan menyiksa tiap kali harus membahas masalah ini lagi. Sayap putihku yang masih diperban di beberapa tempat bergerak-gerak tidak nyaman di balik punggungku.

"Kalau tidak mau menyerah, dicoba dulu dong."

"Tidak bisa, Lily. Bahkan untuk menggerakkannya sedikit, rasanya sakit! Luka akibat badai waktu itu, lukanya dalam, bahkan mempengaruhi tulang dan sedikit sarafku, Lily!" Awalnya aku berusaha menjawabnya dengan tenang, namun makin lama nada suaraku makin naik, hingga pada akhirnya aku membentak gadis berperawakan mungil tersebut.

Namun anehnya, Lily hanya terkekeh. Ekspresinya menyebalkan. "Lalu bagaimana dengan kata-katamu waktu itu, heh? Katanya mau jadi yang paling cepat di negeri para malaikat ini? Katanya mau terbang dan menyentuh langit?"

Aku terdiam. Itu memang aku yang bilang. Dulu, waktu kami menonton Balap Terbang Nasional di televisi. Tapi waktu itu aku belum menderita luka ini. Bahkan untuk membuka sayap saja, aku harus bersusah payah. "Cukup, Lily. Aku pulang dulu," kataku, malas menanggapi temanku satu ini. Tidak kusangka dia tidak berperasaan seperti ini. Memang, dia juga bersamaku saat badai, dan juga terluka--bahkan ketika aku sudah boleh keluar, dia masih harus terbaring di rumah sakit ini. Tapi seburuk apa sih lukanya, dibandingkan yang kualami?

"Tunggu, Bella."

Aku berhenti tepat di depan pintu. Aku berbalik pelan, benar-benar sudah malas berada di kamar ini lebih lama. "Apa?"

"...aku harus beritahu kamu sesuatu."

"Apa?"

"...aku tidak punya sayap lagi."

Jantungku serasa berhenti. "A...pa?" Tatapanku langsung beralih ke punggungnya yang tertutup rambutnya selama ini.

"Karena badai itu. Dokter sampai harus mencabut sayapku." Dia mengangkat bahu santai. "Aku tidak bisa terbang lagi, Bella, tapi kau masih bisa. Karena itu, terbanglah. Percayalah, kau bisa."

Saat itu juga, aku bersumpah dalam hati untuk belajar terbang sekali lagi, demi Lily, sahabatku.

[Orific] Tidak Salah

#FF2in1 sesi 2 Januari 2013 (1)
Theme song: Selingkuh Sekali Saja - SHE

Awalnya hanya satu kedipan mata, disusul bibir yang bergetar, dan berujung air mata. Meski ditahan tetap saja setetes, dua tetes berhasil jatuh di pipinya yang pucat. Perempuan itu menangis dalam diam. Bahkan tidak ada isak.

Ia menyalahkan cinta. Cinta yang datang tanpa sebab yang pasti, dan di waktu serta tempat yang salah. Pada orang yang salah. Ia pun menyalahkan hatinya yang terlalu lemah dalam membentengi diri dari perasaan yang tidak seharusnya ini. Juga menyalahkan keadaan yang membuatnya jatuh cinta pada lelaki yang saat ini terbaring tanpa gerak di ranjang putih itu.

Tapi segera saja perempuan itu menggelengkan kepala. Tidak ada yang salah.

Mereka saling jatuh cinta adalah takdir. Dan ia tidak menyesal, sama sekali. Ia malah senang, bisa menghabiskan waktu-waktu terakhir dengan lelaki itu. Ia bersyukur karena bisa mencintai seseorang yang begitu pantas dicintai. Karena itu, tidak ada yang salah.

Perempuan itu membungkuk perlahan, mengecup pipi yang sudah mulai kehilangan hangat alaminya. Salam perpisahan. "Selamat tidur, Sayang. Selama dua bulan ini, aku bahagia," bisiknya mesra.

Kemudian perempuan itu mundur, beranjak dari tubuh yang sudah tidak bernyawa itu. Ia pergi, membawa kisah tentang perselingkuhan yang terjadi di rumah sakit dengan seorang pasiennya yang sakit kanker stadium akhir tersebut. Kisah perselingkuhan pertama dan terakhirnya.

Dan ia tetap tidak menyesal.