Keberangkatan dan Day 1 (12 Januari 2015)
Haloha, saya kembali lagi membawa kisah
di bulan Januari #ceilah. Masih adakah yang ingat dengan kisah saya
di part 1? Ya, berakhir di bagian beli barang dan sibuk UAS lol. Nah,
dengan berakhirnya UAS secara resmi pada hari Jumat, 9 Januari 2015,
saya pun bisa dengan bebas memikirkan masalah keberangkatan Jenesys
ini.
Tiket pesawat menuju Jakarta yang saya
beli adalah tiket hari Minggu (11 Januari) jam 5-an pagi. Saya
berangkatnya berdua sama Violet. Berhubung pesawatnya subuh, Violet
pun memutuskan untuk menginap semalam di kos saya, biar paginya naik
taksi bareng. Ternyata kami berdua sama-sama nggak bisa tidur tuh
hahaha. Alarm yang udah diset aja kalah cepet sama kami xD Setelah
mandi (airnya dinginnn sampe menggigil, sedihnyaaa) dan minum kopi
anget (dopping dikit bro), kami pun berangkat. Sempet was-was juga
sih sebetulnya, mepet banget sama waktu check-in. Tapi untungnya
masih sempat :””) Ohiya, suasana T2 Bandara Juanda lagi ruameee
sama rombongan umroh. Kaget banget ngeliat T2 yang biasanya sepi itu
jadi penuh orang, subuh-subuh lagi!!
Ohiya, ini pertama kalinya Violet naik
pesawat lho, makanya dia cukup excited gitu. Kalau saya sih,
untungnya baru beberapa bulan yang lalu naik pesawat berdua doang
sama onee-chan, jadi nggak kagok-kagok amat lol.
Sesampainya di Jakarta, waktu masih
menunjukkan jam 7 pagi. Di sana kami sudah dijemput oleh dua kakak
sepupu saya (sebut saja Mas T dan Mas D). Pertama-tama kami diajak
makan pagi. Makan soto ayam ambengan, padahal kami baru datang dari
Surabaya! Haha, ya sudahlah, emang dasar orang Jakarta yang kangen
masakan Jawa Timuran xD Setelah selesai makan, kami pun pulang ke
rumah sepupu di daerah TMII. Sejak awal, saya memang sudah minta izin
buat nginep semalam di sana :3
Naah, begitu sampai di rumah, setelah
bersih diri, saya dan Violet langsung tepar! Rasanya seperti, baru
menyentuh kasur sudah langsung tidur. Pulas banget lagi tidurnya. Ada
kali 3 jam kami tidur. Setelah keluar kamar langsung disuguhi makan
siang. Duh malu sih sebetulnya, tapi kayaknya keluarga pakde-bude
maklum—apalagi setelah kami bilang kalo kemarin malam nggak bisa
tidur karena kepikiran sama Jepang hehe.
Selama di rumah pakde-bude, nggak ada
peristiwa yang signifikan sih. Aktivitas hanya terbatas di
makan-nonton TV-tidur #dilempar
Besoknya, hari Senin tanggal 12
Januari, adalah hari yang ditunggu-tunggu. Karena instruksi dari
Dikti adalah berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta jam 16.00, sekitar
jam 13.00 kami sudah diantar ke bandara. Eh ternyata nyampenya cepet,
cuma satu setengah jam. Jadilah kami plonga-plongo nggak ada kerjaan
sebelum waktu kumpul. Untungnya, secara kebetulan kami ketemu sama A
(teman sekelas kami) yang juga lagi nunggu sama orangtuanya. Ya sudah
deh, plonga-plongo bareng.
Mendekati jam 16.00, kami mulai
gelisah. Saya dan Violet mencoba untuk mengecek tempat berkumpul yang
telah diberitahukan yakni di depan Dunkin Donuts. Ternyata oh
ternyata, tempat itu penuh sesak oleh rombongan umroh, pemirsa! Kami
sama sekali nggak bisa menemukan para peserta Jenesys lainnya (kami
pakai pita merah-putih sebagai penanda). Sempat bingung sih. Tapi
kemudian saya telpon ke pegawai Dikti yang selama ini mengirimkan
e-mail tentang persiapan keberangkatan. Berdasarkan arahan dari
beliau, akhirnya kami menemukan rombongan Jenesys. Ternyata mereka
ada di pojok, terusir oleh rombongan umroh yang jauh lebih banyak
orangnya hehe.
Well anyway, di sana saya
berkenalan dengan beberapa orang. Awalnya lumayan semangat ngajak
kenalan, tapi setelah semakin banyak anak yang datang, semakin rame,
semakin bejibun, akhirnya the introvert side of me kicks in.
Malah diam aja. Hehe. Untungnya sih, temen-temen dari Universitas
Airlangga cukup banyak (paling banyak sih hehe) jadi saya nggak
kesepian #cieh.
Sekitar pukul 17.00, akhirnya ada
sambutan dari perwakilan Dikti, perwakilan Kedubes Jepang di
Indonesia, dan dilanjutkan pengarahan dari agen travel yang mengatur
keberangkatan kami. Jadi intinya, peserta ada 100 orang, sudah
termasuk 4 orang pendamping dari pegawai Dikti. 100 orang ini
kemudian dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing 25 orang termasuk
satu pendamping. Kelompok A warna kuning, kelompok B warna merah
jambu, kelompok C warna hijau, dan kelompok D warna biru.
Saya masuk di kelompok B. Teman
sekelompok yang sudah saya kenal adalah mbak Epik, mbak Citra, mbak
Rara (karena ketiganya anak Unair juga hehe) dan mbak Chia (anak UB,
tapi saya kenal karena... well, karena dunia ini sempit
#apadah). Pendampingnya adalah Bu Marcella. Lucky sih, karena
Bu Marcella ini lebih cocok disebut mbak daripada bu. Masih muda,
masih nyambung banget sama kami para mahasiswa ini xD
(Tapi nggak bisa sekelompok sama Rin
maupun Violet T_T sediiihhh!)
Setelah dibagi menjadi 4 kelompok,
diadakan pembagian paspor. Di dalam paspor sudah termasuk visa (sudah
ditempel), tiket pesawat, embarkation pass dan baggage
claim. Embarkation pass itu semacam tiket masuk ke negara
lain (dalam hal ini, Jepang). Isinya nama, TTL, nama pesawat, nama
tempat atau alamat yang dituju di Jepang, jumlah barang dan uang yang
dibawa, dll. Selama di Jepang, ini nggak boleh hilang. Kalau hilang,
pulangnya ntar susah karena dikira masuknya ilegal hehe. Kalau baggage claim itu lebih untuk
bea cukai sih. Jadi kita isi bawa berapa koper (yang masuk bagasi),
bawa barang-barang yang dilarang atau nggak, dst. Pertama kalinya ke
luar negeri sih, jadinya semua ini saya perhatikan baik-baik. It
makes a good lesson~
Setelah selesai pembagian paspor, kami
pun bergerak masuk ke dalam bandara untuk check-in. 100 orang
ngantri jadi satu itu lumayan serem yak ahaha. Untungnya saya bisa
dapet tempat di awal antrian, jadi nggak lama-lama deh ngantrinya! XD
Suasana saat antri check-in |
Terus, karena 1) saya mabuk kendaraan
apa saja; dan 2) saat itu sudah malam—saya pun langsung tidur wwww.
Bangun-bangun sudah sekitar jam 3 pagi, padahal menurut perkiraan
kami akan mendarat sekitar jam 5, which means saya tidur kayak
kebo lol. Dan saya bangun pas pembagian makanan oleh pramugari (yah
setengahnya sih saya terbangun karena suasana tiba-tiba rame dan
terang-benderang, kalo nggak mungkin saya masih tidur sampe
landing~). Sambil makan, saya baru sadar kalo temen-temen saya
di samping-depan-belakang itu pada sibuk nonton film atau main game
di layar TV masing-masing. Yang duduk di depan saya malah asyik
banget nonton Rurouni Kenshin yang waktu itu belum tayang di
Indonesia (atau udah, yang pasti saya belum nonton kok). Akhirnya ya
saya ikutan nonton dari celah kursi dong hohoho. Kenapa nggak nonton
di layar TV kursi saya sendiri? Karena jaraknya terlalu dekat, saya
jadi pusing, dan akhirnya malah pengen muntah :””) Saya pun
khatam nonton live action Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno di
atas pesawat dengan cara ngintip wwwww.
Tidak lama kemudian, seiring dengan
cahaya subuh pertama di langit, kami mendarat di bandara Narita.
Spechless bro, pas ngeliat tulisan Narita International
Airport. 'Am I seriously in Japan or is this all just a loooong
dream?' That kind of feeling.
No comments:
Post a Comment