Jepang. Destinasi impian semua
mahasiswa Sastra Jepang, termasuk saya. Demi apa, bulan Januari
kemarin saya berhasil mewujudkan mimpi itu. Saya menginjak tanah
Jepang! Dan gratis. Hoho. Kok bisa sih? Bisa dong, karena saya ke
Jepang dalam rangka mengikuti program Jenesys 2.0 :”””)
Jadi semuanya bermula di bulan... bulan
apa ya? September atau Oktober gitu deh. Lupa euy. Ada pengumuman
dari admin prodi Sastra Jepang Universitas Airlangga, bahwa sedang
dibuka pendaftaran program Jenesys untuk bulan Januari. Syaratnya,
harus membuat sakubun (karangan) dengan tema yang telah
ditentukan oleh sensei.
Saya ingat, waktu itu deadline sakubun
tinggal sehari. Dan saya belum bikin sama sekali (hehe). Hari sudah
sore, pikiran sudah semrawut, saya sudah nggak berharap banyak.
Eh, pucuk dicinta ulam pun tiba:
malamnya ada pengumuman baru. Pendaftar tidak perlu membuat sakubun,
cukup punya paspor dan mengisi formulir pendaftaran di ruang jurusan
besok pagi. Hal ini dikarenakan deadline pengumpulan berkas ke
Kemendiknas Pusat dipercepat.
YIPPE! Saya sudah punya paspor sejak
lulus SMA!
So hanya berbekal scan
paspor (karena paspor asli ada di rumah, saya ngekos) saya pun
mendaftar. Di formulir pendaftarannya sendiri, ada beberapa lembar.
Lembar pertama untuk data pribadi (nama, umur, TTL, nama
orangtua/wali, alamat, semacam itulah). Lembar kedua untuk health
and dietary preferences (keterangan sakit berat, alergi, sampai
pantangan makanan) dan languange skills (nilai TOEFL, JLPT,
jumlah berapa jam belajar bahasa Jepang—yang terakhir ini gokil
karena hello mana eyke tahu berapa jam gituh?). Lembar ketiga
untuk hobbies,
clubs, academic
achievement, dan what do you hope to achieve by participating
in this program (again, yang terakhir ini gokil karena
diisi dengan sangat heboh dan lebay wwwww).
Setelah mengumpulkan berkas pendaftaran
ke sensei, saya tinggal menunggu pengumuman.
Menunggu...
Dan menunggu...
...........sampai saya lupa kalau saya
pernah daftar wwwwwww
Tiba-tiba aja, di suatu hari bulan
November, di siang bolong, dua teman sekelas saya mendatangi saya
dengan heboh. Mereka bilang, “ANN. Kamu dapet email nggak?”
...hah? Email apaan coba?
Mereka kemudian
menunjukkan email yang mereka terima. Subjeknya: Kelengkapan
Dokumen Persyaratan Jenesys 2.0 JAPANESE LANGUAGE PROGRAM. Saya
liat-liatan sama mereka. “Maksudnya kita keterima nih?” kata Rin,
salah satunya.
“Mestinya,” saya yang jawab.
“Ann, kamu serius nggak dapet email
begini?”
“Nggak tuh. Ciyus. Aku nggak keterima
berarti.”
Violet, yang satunya lagi menyanggah,
“Gak, gak mungkin. Si A sama B aja keterima. Gak mungkin kamu nggak
keterima!”
“Lha buktinya aku nggak dapet email
kan?”
...
Oke, pembicaraan berhenti sampai di
situ. Saya pergi karena harus latihan yosakoi.
Tapi ternyata, di tengah latihan
yosakoi, saya mendapat sebuah sms dari nomor tidak dikenal. Katanya,
dia pegawai Dikti. Minta alamat email saya. Dan setelah saya
jawab smsnya, saya pun menerima email yang sama seperti yang
ditunjukkan Rin dan Violet.
“...maksudnya saya keterima nih?”
Krik
Yah, singkat cerita saya dan
teman-teman pun berjuang melengkapi berkas lalu mengirimnya ke
Kemendiknas Pusat. Kemudian datanglah sebuah undangan untuk mengikuti
semacam orientasi di rumah dinas Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya
(namanya Noboru-san). Tentu saja kami excited. Ini semacam
pengakuan tidak tertulis kalau kami sungguh akan pergi ke Jepang.
Di acara orientasi slash makan siang
bersama itu, para peserta Jenesys 2.0 yang berasal dari daerah Jawa
Timur dikumpulkan. Ternyata ada 13 orang dari Universitas Airlangga
(termasuk saya), 2 orang dari Universitas 17 Agustus, 1 dari
Universitas Dr. Soetomo, dan beberapa dari Universitas Brawijaya.
Kami diberi handbook yang berisi tentang pengenalan program
sampai persiapan yang harus dilakukan sebelum ke Jepang. Kami juga
diberi suguhan berupa upacara minum teh (chanoyu) sederhana,
yang dibawakan langsung oleh putri tunggal Noboru-san.
Selanjutnya, hari-hari saya dipenuhi
kesibukan UAS haha. Di tengah-tengah UAS juga pusing mikirin persiapan kepergian ke Jepang sih. Yang agak bikin ketar-ketir sih, fakta bahwa saya
akan berangkat di bulan Januari yang notabene musim dingin. Langsung
deh berburu jaket tebal, syal, sarung tangan, topi rajut, baju-baju
lengan panjang, sepatu, dan kaos kaki. Pas barangnya sudah lengkap semua, ganti pusing mikirin cara masukin semuanya ke dalam koper kecil saya. Sampai berkali-kali update status dengan caps lock karena tingkat frustasi saya sudah melewati ambang batas xDD
Tidak lupa pesan tiket pesawat
untuk PP Surabaya-Jakarta juga~ (Psst, kira-kira dua minggu sebelum
keberangkatan saya naik A*rAsia ke Jakarta, ada peristiwa pesawat
jatuh itu. Seram. Tapi toh tiket udah di tangan, masa mau ngebatalin?
Lalala)
Kiranya itu saja sih rangkaian
peristiwa pra-persiapan keberangkatan. So sampai di sini dulu
ya~ nantikan part selanjutnya yeaay! (p.s : niatnya sih kisah satu
hari dapet satu post, jadi kira-kira masih ada 8 part
lagi, so stay tune yak)
No comments:
Post a Comment