Saturday, April 25, 2015

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 3)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction

Warning: I honestly don't know which timeline this should be, so let's say AU.
Empat / em· pat / num bilangan yg dilambangkan dengan angka 4 (Arab) atau IV (Romawi)

“Tidak,” ucap Amakusa keras. Dijawab dengan nada kasar seperti itu membuat darah Ange mendidih.

“Kenapa?” sentak gadis itu.

Cengkeraman jemari kokoh Amakusa di setir mengerat. Pria itu tampak berusaha keras menenangkan diri, menahan hasratnya untuk mencengkeram kerah baju Ange lalu mendampratnya mentah-mentah. “Karena,” desisnya dengan mata berkilat marah, “aku sudah cukup bodoh untuk membiarkanmu melawan ajal untuk ketiga kalinya. Oke, kau masih hidup. Dengan satu rusuk patah. Empat kali? Kau memaksakan keberuntunganmu, Ojou.”

Ange memicingkan mata. “Kau tidak mengerti. Aku tidak akan mati—”

Karena kau seorang penyihir?” Untuk kesekian kalinya, Amakusa menyebut kata favorit Ange dengan nada mengejek, walaupun kali ini spesial dengan bumbu amarah. Pria itu tertawa kering. Rambut peraknya bergoyang seirama dengan suara tawa yang dibuat-buat itu. Saat gadis berambut merah itu berusaha melawan, dengan sengaja Amakusa menginjak rem dalam-dalam, menyentakkan tubuh keduanya dengan kasar.

“Aku tidak yakin bahkan penyihir bisa melawan angka empat, Ojou.”

A/N: so I (not so) deliberately put a Japanese believe that 4 is a bad-luck number. Angka 4 dibaca shi dalam bahasa Jepang, sama seperti kata mati (shinu).

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 2)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Akhir / a·khir / n 1 belakang; yg belakang sekali; kemudian; 2 kesudahan; penghabisan

Tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Yang satu mengatupkan bibir rapat-rapat dengan dua lengan dilipat di depan dada. Yang satu lagi sibuk menenggak air mineral sebanyak-banyaknya, menimbulkan suara glek-glek yang jadi bising dalam kondisi tanpa suara seperti ini.

Ojou,” kata Amakusa, memecah keheningan. “Itu tadi kopi terburuk yang pernah kuminum.”

Rona merah. “D-diam! Ini yang terakhir kalinya, oke!”

[Fanfic] Tetesan Hujan (ch 1)

Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
A/N: So I was bored, and frustated at my rusty writing skill, so I decided to do some small pieces using a set of theme (taken from 50 Sentences Challenge at Infantrum). It's going to range from drabble to ficlets (or something in between).

Biru. / bi·ru / n warna dasar yg serupa dng warna langit yg terang (tidak berawan dsb) serta merupakan warna asli (bukan hasil campuran beberapa warna) 

“Huh.”

Satu alis terangkat membentuk kurva sempurna. Hanya perlu satu lirikan tajam dari si gadis untuk menarik kata-kata selanjutnya keluar dari mulut Amakusa.

“Punggungmu biru,” ujar pria itu. Dengan kedua lengan dilipat di depan dada, Amakusa terus memperhatikan punggung Ange yang terekspos karena gadis itu sedang berganti pakaian. Mereka sedang berada di kamar hotel yang mewah—tapi kamar hotel tetaplah hanya satu kamar. Amakusa sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan memberi sedikit privasi saat gadis itu berkata ingin ganti pakaian, dan Ange menarik kesimpulan anak kecil sepertinya tidak akan menarik perhatian laki-laki itu, jadi dengan tenang ia melepas jaket dan kemejanya.

“Pasti karena pendaratan di atap mobil tadi siang,” jawab gadis itu, nada suaranya datar sempurna, sembari memakai jubah kamar yang tersedia di kamar hotel.

Suara tawa kecil, hampir mengejek, bergulir dari bibir Amakusa. “Memar seperti itu tidak cocok untuk anak gadis, Ojou.”

Monday, March 9, 2015

Jepang!! Yatta!! ~part 2~

Keberangkatan dan Day 1 (12 Januari 2015)
Haloha, saya kembali lagi membawa kisah di bulan Januari #ceilah. Masih adakah yang ingat dengan kisah saya di part 1? Ya, berakhir di bagian beli barang dan sibuk UAS lol. Nah, dengan berakhirnya UAS secara resmi pada hari Jumat, 9 Januari 2015, saya pun bisa dengan bebas memikirkan masalah keberangkatan Jenesys ini.

Tiket pesawat menuju Jakarta yang saya beli adalah tiket hari Minggu (11 Januari) jam 5-an pagi. Saya berangkatnya berdua sama Violet. Berhubung pesawatnya subuh, Violet pun memutuskan untuk menginap semalam di kos saya, biar paginya naik taksi bareng. Ternyata kami berdua sama-sama nggak bisa tidur tuh hahaha. Alarm yang udah diset aja kalah cepet sama kami xD Setelah mandi (airnya dinginnn sampe menggigil, sedihnyaaa) dan minum kopi anget (dopping dikit bro), kami pun berangkat. Sempet was-was juga sih sebetulnya, mepet banget sama waktu check-in. Tapi untungnya masih sempat :””) Ohiya, suasana T2 Bandara Juanda lagi ruameee sama rombongan umroh. Kaget banget ngeliat T2 yang biasanya sepi itu jadi penuh orang, subuh-subuh lagi!!

Thursday, February 12, 2015

Jepang!! Yatta!! ~part 1~

Jepang. Destinasi impian semua mahasiswa Sastra Jepang, termasuk saya. Demi apa, bulan Januari kemarin saya berhasil mewujudkan mimpi itu. Saya menginjak tanah Jepang! Dan gratis. Hoho. Kok bisa sih? Bisa dong, karena saya ke Jepang dalam rangka mengikuti program Jenesys 2.0 :”””)

Jadi semuanya bermula di bulan... bulan apa ya? September atau Oktober gitu deh. Lupa euy. Ada pengumuman dari admin prodi Sastra Jepang Universitas Airlangga, bahwa sedang dibuka pendaftaran program Jenesys untuk bulan Januari. Syaratnya, harus membuat sakubun (karangan) dengan tema yang telah ditentukan oleh sensei.

Saya ingat, waktu itu deadline sakubun tinggal sehari. Dan saya belum bikin sama sekali (hehe). Hari sudah sore, pikiran sudah semrawut, saya sudah nggak berharap banyak.