Friday, May 31, 2013

Mirror, Mirror On The Wall...

Hari ini saya bicara pada pimpinan cabang LBB tempat saya les. Awalnya hanya menemani seorang teman yang malu-malu kucing pas mau konsultasi dengan beliau, tapi pada akhirnya saya ikut mengutarakan unek-unek yang beberapa hari ini mengganjal hati. Dan hal itu, terkait biaya kuliah.

Mulai tahun ini, di perguruan tinggi akan diterapkan kebijakan bertajuk Uang Kuliah Tunggal (UKT), yang mana besarnya dibedakan untuk tiap prodi dan tiap kategori kemampuan orangtua. Berhubung prodi incaran saya memang termasuk bonafide, angka yang tertera pun nggak main-main. Paling tinggi 25 juta. Per semester.

Baru kali ini saya tahu bahwa angka saja bisa bikin sesak napas. (Selain angka-angka di soal olimpiade matematika, but that's out of topic.)

Orangtua saya sudah bilang, jangan dipikirkan. Sudah, belajar saja yang rajin, lakukan yang terbaik. Dan saya paham, paham, bahwa itulah satu-satunya hal yang bisa saya lakukan sekarang. Masalah biaya, bukanlah bagian saya. Saya paham.

Tapi apalah mau dikata, otak ini kadang nakal. Yang harusnya tidak dipikir, terus melekat. Yang harusnya dipikir baik-baik, malah dilupakan. Biarpun sudah menetapkan hati untuk nggak mempermasalahkannya, tetap saja kepikiran.

Lama-lama menyesakkan. Makanya saya nekat mengatakannya pada pimpinan cabang LBB saya itu (sebut saja Mr. T), meskipun aslinya curhat bukan kebiasaan saya. Dan tahukah apa kata beliau?

"Yang namanya orangtua, mereka akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan anaknya, agar bisa melihat mereka sukses. Kalau memang butuhnya sekian, mereka akan berusaha agar dapat sekian. Kalau butuhnya lebih banyak, mereka akan berusaha agar dapat lebih banyak. Lagipula, Tuhan tahu apa kebutuhan kita. Pasti ada jalannya. Pokoknya kamu dapatkan dulu jurusan yang kamu mau, urusan itu bakal ada jalan keluarnya nanti."

Sumpah, saya merasa tertampar mendengarnya.

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Siapa yang selama ini menyerukan hal itu? Siapa yang selama ini menyemangati temannya untuk nggak usah memikirkan masalah biaya? Siapa yang selama ini meyakinkan temannya bahwa biaya bukan rintangan dalam mengenyam pendidikan, karena ada yang namanya beasiswa?

Saya. Saya!

Begitu mudahnya menasihati orang lain. Begitu mudahnya melupakan nasihat yang sama, bila itu untuk diri sendiri!

Berkat ucapan Mr. T, saya bisa menemukan lagi kepercayaan diri yang sempat meredup. Terima kasih banyak, Mr. T. Dan untuk teman-teman, mari kita saling mengingatkan. Karena kita tidak bisa melihat wajah kita sendiri tanpa bantuan orang lain. Kita tidak bisa mengelap kotoran di muka tanpa arahan orang lain.

Dan jangan lupa: KITA PASTI BISA!

No comments:

Post a Comment