Masih teringat awal kehidupan SMA kita.
Rasa berdebar ketika pertama mencoba seragam
putih-abu-abu.
Juga was-was ketika menginjakkan kaki di halaman
sekolah, disambut oleh para Kadis bertampang galak.
Bahkan hingga detik ini, jika kita mengenang pengalaman selama tiga hari Masa Orientasi, tawa akan
selalu menghiasi.
“Betapa culunnya aku dulu!” atau “Mengapa dulu bisa menangis ketakutan begitu?”
Ya, memori yang menyenangkan. Membekas benar di kalbu.
MOS usai, hari-hari
sebagai murid Smariduta yang sesungguhnya pun dimulai.
Menemui guru-guru baru.
Ada yang baik, ada yang diam-diam ditakuti. Memiliki kesan masing-masing.
Berkenalan dengan
teman-teman baru. Ada yang akrab, ada yang saling memusuhi. Bahkan ada yang
menjalin kisah kasih.
Lewat setahun dan cerita kita memasuki babak baru.
Dipersatukan dalam wadah berjudul 'IPA 1', kita
mematri kenangan baru tiap harinya. Bersama. Sekelas.
Kita sempat terpecah sekali, dan cukuplah sekali, karena kita tak ingin
melepaskan lagi.
Sekarang ini, bila diingat-ingat lagi,
Tiga tahun belakangan penuh dengan keajaiban tiap
harinya.
Dan hal itu terwujud hanya dan hanya karena
orangtua kita mendaftarkan kita di Smariduta,
Dan mendukung semua kegiatan kita, menaungi saat kita payah.
Karena itu, terima kasih. Bapak-ibu,
Papa-Mama, Ayah-Bunda, Abi-Umi.
Terima kasih selalu.
I love you.
Lalu, kita semua setuju. Setahun duduk di kelas
XII adalah yang paling berarti, paling segar di hati.
Suasana di kelas serta karakteristik tiap guru
saat mengajar, seakan kemarin masih terjadi.
Kalimat "In the name of
God loh ya," saat jam Bahasa Inggris membuat kita menarik napas.
"Ojo dipiye lek durung
diopo," mengingatkan kita atas pentingnya masalah kecil, seperti
halnya soal Kimia.
Sindiran tajam saat jam Matematika yang mengatasnamakan "anak
IPA cap Smariduta", menyadarkan betapa besar tanggung jawab yang kita
emban.
Gebrakan di meja, penggugah semangat manakala kantuk menyerang di
jam Fisika.
Seruan "Merdeka!" serta lagu-lagu nasional sebagai pembuka
pelajaran PKn.
Sampai pantun-pantun penyegar di akhir jam pelajaran Bahasa Jerman.
Manalah cukup disebutkan semua—rasa syukur dan terima kasih ini.
Setahun bersama engkau, wahai para pendidik yang mulia, telah
memberi dorongan besar.
Terima kasih. Terima kasih.
Namun bukan berarti perjuangan berhenti di sini!
Kita masih jauh dari tujuan, Kawan, masih terlalu pagi untuk
bersantai.
Walau nantinya kita tidak lagi bersama-sama, tidak lagi sekelas,
setidaknya sekarang—
Kita panjatkan doa bersama, untuk kita.
Semoga perjalanan kita diberi kelancaran dan kemudahan oleh Tuhan.
Semoga pelajaran yang kita peroleh selama tiga tahun di Smariduta
bisa bermanfaat kelak.
Semoga diberkati semua guru kita yang telah berjasa ini.
Semoga dilindungi orangtua serta keluarga kita.
Amin.
A/N: Ini adalah puisi-slash-prosa yang saya buat demi penampilan kelas saya di acara wisuda kemarin. Dibuat dalam waktu semalam, dan dibeta oleh teman sesama penulis tercinta, Dinda Fujisawa.
No comments:
Post a Comment