Friday, September 28, 2012

[Orific] Stay

For [#FF2in1] 28 September 2012 (1)
Theme: Cinta Pertama
Word count: 324

Dia mencoba untuk menggapai sinar itu. Sinar yang kontras dengan kegelapan tempatnya bersemayam. Sinar yang membentuk jalan lurus, menuju sebuah pintu yang sangat aneh karena tidak melekat di dinding, melainkan pada gelap. Dia berusaha keras, mengulurkan tangan jauh-jauh, menggerakkan kaki dengan susah-payah—

lalu pintu itu terbuka.

Kali ini, tidak ada kegelapan dan sinar. Di depan matanya, yang ada adalah dunia nyata. Segalanya terdiri atas bentuk-bentuk yang kompleks, gradasi warna-warni, serta seraut wajah yang rasanya sangat dia kenali.

'Sora...?' bisiknya dalam hati, karena bibirnya kaku, tidak mampu bergerak barang sedikit pun. Namun pertanyaan itu tertuang dalam tatap matanya. Mengalir begitu saja seiring tetes air asin menuruni sisi wajahnya. Dan Sora—selalu Sora yang dulu, selalu paham dan mengerti segalanya tentang dia—tersenyum. Meraih tangan kanannya.

Ini aku, Maaya. Ini Sora.”

'Sora... Aku kembali?'

Selamat datang kembali, Maaya,” bisik Sora lembut padanya, sebagai jawaban atas tanya yang tak bersuara.

Maaya menggerakkan kepalanya sedikit—sebagai usaha untuk mengangguk. Gadis dengan rambut pirang stroberi itu menutup kelopak matanya sekali lagi. Dia mendengarkan detak jantungnya sendiri, sedikit lebih cepat dari tempo yang biasa, tapi tetap musik terindah baginya. Karena ini bukti bahwa dia masih hidup. Karena ini bukti bahwa hatinya masih bergetar demi sesosok lelaki bernama Sora itu.

Maaya... syukurlah.”

Keheranan, Maaya segera membuka mata untuk menangkap senyum Sora—sedih, bahagia, lega, bimbang—berpusar dalam satu garis bibir, membuat Maaya tertegun.

Akhirnya kamu bangun...”

'Ya. Akhirnya aku pulang. Demi kamu, Sora. Demi cintaku.'

Selama beberapa hari ini, aku tidak tahu harus bagaimana. Saat kamu koma, membuatku sadar...”

'Sadar akan apa, Sora?'

Aku mencintaimu. Maaf, baru sekarang aku sadar, karena ini yang pertama bagiku. Terlalu canggung, aneh, aku tidak paham sebelumnya. Tapi... Maaya, aku mencintaimu.” Sora mengecup punggung tangan Maaya, gestur yang asing bagi keduanya, karena ini memang yang pertama.

Gadis itu tersenyum kecil. Kali ini, bibirnya bergerak-gerak, lidahnya bergetar, tenggorokannya berdenyut—demi satu kalimat yang bahkan tidak koheren.

So...ra... Cinta... per...tama...ku...”

'Aku kembali, demi cinta pertamaku, Sora.'

-FIN-

No comments:

Post a Comment