Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: AU-ish?
matahari/ma·ta·ha·ri/ n benda angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yg mendatangkan terang dan panas pd bumi pd siang hari
“Di Dataran Emas tidak ada matahari.”
Kalimat itu terucap lebih sebagai
gumamam seorang yang tidak sadar seratus persen, terombang-ambing
dalam limbo dan panas tubuh yang tak menentu—sama sekali tidak
dimaksudkan untuk ditangkap oleh gendang telinga orang lain apalagi
sampai mengalami proses pengolahan di lobus temporal.
Tapi tentu saja, hal itu tidak berlaku
untuk seorang Juuza Amakusa.
“Kenapa begitu?” tanya laki-laki
bersurai perak itu, datar tapi sungguh-sungguh ingin tahu. Bola
matanya mengawasi ekspresi wajah Ange yang berkerut tidak nyaman.
Untuk sesaat Ange hanya membisu. Mata
hijaunya bergerak naik-turun membedah sosok lelaki yang duduk tegak
di kursi meja kerja hotel yang telah diseret ke sisi tempat tidur.
Ketika akhirnya menjawab, suaranya parau dan jauh. Seakan-akan butuh
usaha lebih untuk tetap sadar dan menyampaikan jawaban itu.
“Karena... Beatrice adalah penguasa Rokkenjima di malam hari...”
“Dan kau suka Dataran Tanpa Matahari
itu?” tanya Amakusa sekali lagi. Kali ini kalimatnya sedikit
hambar, terlalu kering dan putus asa.
“...ya.” Ange menutup mata, sedikit
demi sedikit kesadarannya tertarik ke dalam limbo itu lagi. Dia
merasa terbakar. Ia ingin menjerit, tapi sekujur tubuhnya tidak bisa
bergerak. Bibirnya bergerak pelan sebelum kesadarannya benar-benar
hilang. “...karena... di sana ada... keluargaku...”
Menyadari napas gadis itu mulai
tersengal kesakitan, Amakusa segera bangkit dari kursi dan meraba
kening Ange. Panas, membara. Demamnya naik lagi, entah untuk yang
keberapa kalinya dalam empat puluh delapan jam setelah tembakan di
perut dan infeksi yang menyerang luka tembaknya. Tak tahu lagi harus
bagaimana, Amakusa mendecak kesal.
“Aku benci Dataran Tanpa Matahari-mu
itu.”
A/N: so for anyone who doesn't get it:
Ange got shot and the wound was infected, but she and Amakusa are
still on the run so he can't risk them going to hospital. Instead, he
treated her in the hotel room. But the infection caused some bad
fever and it made her delirious.
No comments:
Post a Comment