Saturday, June 23, 2012

Jet Coaster

Jump to the moon,
Sing to the heart,
Laugh and yell for the best,
Vianna desu.

Jika ada yang bilang, hidup penuh naik-turun itu hanya dalam cerita,
Maka dia sepenuhnya salah.
Naik, turun. Atas, bawah. Tawa, tangis. Senyum, sedih.
Semua, bergulung-gulung, datang dan pergi,
Sesaat ada namun menghilang, terasa namun tak teraih.
-23062012-



Hari ini, perasaan saya diaduk-aduk.
Sejak pagi, hati tak bisa tenang, badan serasa meriang karena tegang. Hanya sang Gusti yang tahu mengapa.
Saya pun berangkat ke tempat lomba. Sementara itu, meyakinkan diri tak ada yang salah. Memberi hati kesempatan 'tuk berdiam.
Tegang tak rela berpisah dari relung hati. Satu, khawatir akan nilai. Dua, lomba berakhir hari ini. Hasil, hasil, hasil--takut akan hasil menghantui mata dan kuping.
Namun sedikit hilanglah rasa itu ketika okaa-sama bilang saya mendapat ranking 1 di kelas. Namun sedikit hilanglah rasa itu ketika teman-teman berkumpul, berteriak sama-sama, menyanyi ramai-ramai.

Di hari terakhir lomba ini, kami bertarung nyali juga suara, mati-matian mendukung band serta dance dari sekolah masing-masing. Puas menjadi supporter, kami menjajal satu hal baru.

Mengubah panggung kecil itu menjadi arena konser. Bukan sekadar konser, namun konser pop-dangdut-hiphop. Penyanyi? Tinggal setel dari komputer.

Tidak, istilah resmi untuk 'kegiatan' kami adalah flashmob. Namun, jujur, saya tidak yakin ini bisa disebut flashmob atau tidak. Semrawut dan heboh dan joget bareng, suasana yang amat mirip dengan nuansa konser dangdut.

Mari sebut ini dengan istilah flashmob jadi-jadian.

Menghimpun kekuatan dari berbagai sekolah, tentunya ramai sekali. Ah-ha, mungkin bagi sebagian diri kami, inilah perlawanan. Inilah bentuk pembalasan kami semua kepada salah satu sekolah. Namun--saat berkumpul di depan panggung, semua rasa itu hilang. Yang ada, kami hanya ingin bergoyang, mengikuti irama, berteriak melepas penat.

"Thank you!" kata kami. Kepada pengunjung. Kepada teman-teman seperjuangan. Kepada musuh. Kepada diri sendiri. "Thank you!"

Saya tidak peduli meskipun setelah itu terjadi dance battle. Tidak, karena pada akhirnya kami semua duduk di satu tempat yang sama, bersorak demi pemenang, berjabat tangan mengapresiasi kerja keras.

Ya. Satu hal kesamaan dari sang jawara dan sang kalah. Semuanya telah mengalami masa-masa berjuang, semua telah berusaha keras. Memangnya kenapa jika belum mendapat trofi? Kecewa memang menghadang, namun apakah mengubah fakta bahwa sebelumnya kami pun tersenyum melihat hasil perjuangan kami?

Saya memang sempat kecewa karena tidak menang. Namun semua terbayar ketika tertawa bersama, bersorak bersama demi teman. Tawa, teman, memang obat paling mujarab.

Sedih kembali datang, mengobrak-abrik senyum terakhir, ketika buku hijau bersampul merah itu saya buka. Aah. Ranking 1, mungkin memang iya. Tapi nilai saya rata-rata turun. Turun drastis. Kalau saja sebelumnya tidak terserang euforia, mungkin saya sudah nangis.

Tapi ternyata, roda hidup saya memilih untuk mendaki jalanan lagi. Karena hadiah dari dia, yang selalu aneh-aneh saja. Demi Tuhan, orangtua saya hampir tidak pernah memberi hadiah selama bertahun-tahun saya meraih ranking 1 di kelas (heh, bahkan setelah mendapat medali perak nasional, tidak ada hadiah secara spesifik)--tapi dia, dia rajin memberi apresiasi dalam bentuk hadiah.

Kali ini, figurin Katekyo Hitman Reborn.

Entahlah. Tentu saja saya senang, saya gembira, saya terkejut, saya bangga. Namun selama hampir 17 tahun diajari untuk tidak mudah tergiur oleh benda--saya pun merasa this is not worth it. Ini hanya masalah kenaikan kelas (oh, dan karena saya masuk OSN tingkat provinsi), tidaklah seharusnya 'dirayakan'. Kalaupun iya, masih banyak cara lain, entah apa itu.

...mungkin ini alasannya, saya selalu bingung ketika ada teman yang berulangtahun. Saya tidak terbiasa membelikan hadiah. Karena saya tidak terbiasa diberi hadiah, demi apapun itu. Bagi saya (juga keluarga saya) sertifikat, pengalaman, kebanggaan yang hadir bersama predikat itu sudah lebih dari sekadar hadiah.

Tidak, saya bukannya tidak menghargai. Hanya... kita punya mindset yang berbeda, sepertinya. Dan tidak, saya tidak sedang berusaha memaksakan jalan pikiran saya. Walau berbeda, bukan berarti tidak selalu ada jalan tengah. Karena itulah don't let me discourage you, it is really not my place to.

Intinya, hari ini, perasaan saya dicampur aduk.

No comments:

Post a Comment