Title: Tetesan Hujan
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Author: Vianna Orchidia / Annasthacy Chashyme
Fandom: Umineko no Naku Koro ni
Character: Ushiromiya Ange, Amakusa Juuza
Rating: K+
Genre: Romance, Friendship
Disclaimer: I do not own the series and the characters, and I do not gain any profit from this fanfiction
Warning: AU...?
mimpi /mim·pi/ n 1
sesuatu yg terlihat atau dialami dl tidur; 2 ki angan-angan
Sepasang iris kebiruan perlahan
menampakkan dirinya dari balik kelopak mata yang terkatup rapat. Di
dalamnya tergurat nostalgia, luka lama yang tertutup oleh waktu, pagi
ini terkuak kembali dari dalam lelap. Sebulir air mata mengalir
menuruni pipi, berhenti di sarung bantal berwarna putih.
“Ojou?”
Sepasang iris itu mengerling pada sosok
laki-laki yang berbaring di sebelah pemiliknya. Amakusa tampak
seperti sudah bangun sejak lama, tidak ada bekas-bekas tidur di
wajahnya. Lelaki itu mengamati wajah Ange lamat-lamat. Dia
menggunakan ibu jari untuk menghapus jejak air mata di pipi gadis
itu. “Mimpi?”
“Mm...” gumam Ange. Gadis itu
bergerak mendekat pada Amakusa untuk mencari harum tubuh yang begitu
ia kenal. Amakusa memutar tubuh menghadap ke atas agar Ange bisa
meletakkan kepalanya di atas dadanya. Setelah mengirup napas
dalam-dalam, Ange berbicara dengan suara serak, “Mimpi tentang
keluargaku...”
“Oh ya? Tumben.”
“Hmm... Sudah berapa lama ya? Dua
atau tiga tahun mungkin? Sejak terakhir kali aku melihat mereka dalam
mimpi.” Amakusa membiarkan gadis itu berguling untuk membenamkan
kepala lagi ke bantalnya sendiri, menyembunyikan ekspresinya yang
tampak bahagia. “Ternyata aku masih ingat suara Kak Battler...
Mama... Papa...”
Amakusa menyeringai tipis. Dulu, dua
atau tiga tahun yang lalu, perempuan itu memimpikan keluarganya
hampir setiap malam. Terbangun bersimbah air mata hampir setiap pagi.
Berduka setiap hari. Bagi anak perempuan berumur belasan tahun,
tentunya sulit melepaskan kepergian keluarganya begitu saja, tapi
dengan berjalannya waktu Ange bisa berdiri tegak lagi. Melihat
perempuan itu tumbuh dewasa dengan susah payah adalah salah satu
faktor yang membuat Amakusa tunduk. Sekarang, Ange terbangun dari
nostalgia bersama keluarganya dengan senyum di bibir dan lelaki itu
positif jatuh cinta.
A/N: commemorating the 25th drabble! Hurrah! I'm halfway there :""")
No comments:
Post a Comment